Saturday 30 August 2014

Drama Pertikaian Dua Dunia

DRAMA
PERTIKAIAN DUA DUNIA
PEMAIN
NAMA

SEBAGAI

SAFROL
RAJA KEGELAPAN
ABDUL AZIZ ZAKARIA
JIBRAN
AGUS NADI
SANG MANUSIA
SAWALDIN
BALTASAR
SITI MAYSARAH
SANG CAHAYA I
FATMA WATI
SANG CAHAYA II
YULIA DEWI ARTATI
SOSOK HILANG
LIA WAHYUNI
SANG SESAT I
KIKI MARIA LISMA
SANG SESAT II
ERDIN MARSAH
PRAJURIT I
MASLIADI
PRAJURIT II
REFI FERDIAN
PEMBAWA KITAB

SUTRA DARA


MAKE UP

ZULIADEN JAYUS

YULIAD DEWI ARTATI



PENANGGUNG JAWAB



Drs.YULSAFLI, M.A





BABak I


BACK SOUND         : MUSIK BERNUANSA KELAM
            Sosok lelaki memaasuki panggung sambil berjalan....berjubah hitam wajahnya penuh dengan warna kesesatan mengarahkan pandangan dengan tatapan hendak menerkam mangsanya dan sebuah meja di atasnya sebuah kitab di salah satu sudut panggung. lelaki itu SANG RAJA KEGELAPAN..

RAJA KEGELAPAN :
Telah beribuh-ribuh purnama cinta terantai oleh dosa. Telah berjuta-juta detak langit tertindas gelimang darah, dan waktu tercabut dari sang khalik. Telah berlimpah-limpah dara menjadi monumen kesedihan yang purba. Kematian dan kekalah memenjarakan detak nafas sang akhir zaman, kemulian....(Tertawa sinis) kini terpahat dalam jantungku....
Baltasar....

BALTASAR MEMASUKI PANGGUNG
RAJA KEGELAPAN

Laporkan hasil kerja prajurit sepanjang seratus menit terkahir.

BALTASAR
Di Negara kawasan selatan pencabut nyawa berhasil membujuk seorang istri menikam suaminya ketika sendang buang air besar, Di Negara bagian timur para keseakahan telah berhasil merayu seorang penegak hukum menerima suap dari para koruptor. di negara bagian barat bridge kelamin dengan mudahnya membujuk seorang waria untuk memotong alat vitalnya. Di bagian utara para pencabulan berhasil membujuk seorang kakek berusia 70 tahun memperkosa gadis kecil berumur 7 tahun.

RAJA KEGELAPAN
Dunia kegelapan......bukan milik neraka saja. Perlahan-lahan aku telah berhasil mencipatakan dinsati kegelapan kedua di atas bumi. Tanah, air, udara dan cakrawala, semuanya tunduk di bawah telapak kaki ku. Akulah penguasa akhir zaman.




BALTASAR
Tidak sesulit yang dibayangkan sebelumnya yang mulia. Ketika zaman beranjak tua manusia semakin mudah disesatkan. Bahkan, tanpa campur tangan kita mereka telah memilih menjadi sesat.

RAJA KEGELAPAN
(Tertawa)
Bangunlah, bangunlah rumah ibadah semegah dan sebanyak mungkin, bangunlah monumen-monumen kematian itu. Yang pasti hati kalian akan selalu terjebak dalam cengkramanku. Lakukan kembali pengawasan,. Dan segera laporkan padaku bila ada keberhasilan-keberhasilan baru yang mengejutkan.

BALTASARDengan senang hati yang mulia (Kemudaian Baltasar segera berlalu dari panggung)

Sang sesat II memasuki panggung sambil memapah sang sesat I yang lemah sekarat. Mereka berjalan sambil tergopoh.

SANG SESAT I
Yang mulia,.. yang mulia... jantungku... jantungku hangus terpanggang.

SANG SESAT II
Kilatan petir yang dahsyat menghanguskan jantungnya yang mulia

SANG SESAT I
Ampun yang mulia, untuk kabar yang mengejutkan ini. Kabar duka bagi kerajaan kita.

RAJA KEGELAPAN
Apa gerangan kabar yang bisa menggentarkan tahtaku?

SANG SESAT II
Perisai-perisai logam yang memayungi kerajaan jebol yang mulia..

RAJA KEGELAPAN
Kenapa sampai begitu?

SANG SESAT I
Masih simpang siur yang mulia..
SANG SESAT II
(panik, tak percaya)
Ini bencana,.. ini bencana... kerajaan kita bisa hancur

RAJA KEGELAPAN
(tertawa terbahak..)
Hancur katamu? Baca kembali kitab kegelapan pasal 23 ayat I dan II, laksanakan!!

SANG SESAT II
(membuka kitab di atas meja lalu membacanya)
Pasal 23 ayat I: rezim kegelapan tak akan pernah bisa dikalahkan. Pasal 23 ayat II: Jika terdapat pihak yang coba-coba ingin mengalahkan rezim kegelapan mohon ricek kembali ayat I.

RAJA KEGELAPAN
(tertawa penuh kebanggaan)
Jangan mengada-ada, periksa kembali jangan-jangan ada beberapa mantra yang luput difungsikan. Bagaimana dengan mantra empat mata angin?

SANG SESAT I
Tentu yang mulia, mantra itu tak pernah luput kami gumamkan ketika matahari mulai nampak.

RAJA KEGELAPAN
Atau jangan-jangan ada dari kita yang berkhianat dan membocorkan kode password pintu gerbang kepada musuh.

SANG SESAT II
Ampun yang mulia. Tapi menurut saya tidak ada prajurit yang lancang melakukan itu.

RAJA KEGELAPAN
Lalu kenapa perisai bisa sampai jebol?

SANG SESAT I
Saya merasakan ada aura kegelapan yang begitu dahsyat sedang mengintai dan hendak menyerang kerajaan kita.


RAJA KEGELAPAN
Kekuatan yang dahsyat?,, dari mana asalnya aura yang dahsyat itu?.

SANG SESAT II
Indera ke sepuluhku mengatakan kekuatan yang besar itu berasal dari bumi.

RAJA KEGELAPAN
Dari bumi? Planet yang lemah itu? jangan bercanda, dugaanmu itu terlalu berlebihan.

SANG SESAT II
Tidak yang mulia. Indera ke sepuluhku tak pernah gagal membaca segala jenis aura. Kekuatan itu berasal dari penghuni-penghuni bumi. Berasal dari manusia..

RAJA KEGELAPAN
Kurang ajar! Manusia katamu?, jangan sampai kita kecolongan!!, ilmu-ilmu kegelapan yang kita ajarkan kepada mereka, jangan sampai disalah gunakan untuk menyerang balik kerajaan kita. Benar-benar kurangajar, tak tahu malu, tak tahu diuntung!

SANG SESAT I
Maaf yang mulia, dalam kitab kegelapan memang dijelaskan kalau tak ada kode etik dalam praktek kejahatan, jadi kita tak bisa menyalahkan mereka..

RAJA KEGELAPAN
Diam !!! ini tak bisa dibiarkan, aku harus bertemu dengan Jibril. Sampaikan undanganku untuknya..

SANG SESAT I, II
Baik yang mulia..






BABAK II

BACKSOUND          : MUSIK HYMNE
Jibran memasuki panggung. Memegang seikat bunga di tangan kanan. Sang Cahaya I dan II mengikutinya dari belakang, berjalan pelan mendekati tempayan, Sang Cahaya I memegang wadah berisi terigu di tangan kanan, lilin di tangan kiri, Sang Cahaya II memegang sebuah kitab.

JIBRAN
Akulah kesucian yang terlahir berabad-abad silam. Akulah anak tunggal keabadian yang terpahat pada dinding kehidupan. Oleh nafasku, kebenaran akan mekar dan terajut di seantero semesta. Atas nama seluruh mahluk bumi, atas nama sang perajut cinta bertumbuhlah dan biarkan kelopakmu menerbitkan pelangi. (musik on,..menimbun bunga dengan terigu)

SANG CAHAYA I
Tanah yang memutih, hati yang bening
Air yang menyala, nadi yang membara.
Bunga yang mekar, jiwa yang menggema
Bangkitlah wahai penunggu-penunggu nisan
Bangkitlah, bangkitlah dari sang lelap

SANG CAHAYA II
Pulanglah pada matahari, pulanglah pada kerinduan sang bunda, pulanglah.. pulanglah pada cinta. (ketiga perempuan memejamkan mata berdoa, sementara sebatang lilin menyala di tangannya, Sosok Hilang memasuki panggung)

SOSOK HILANG
Kelahiran, kehidupan, kematian (mengulang berkali-kali) biadab, ini lingkaran setan!, jiwa-jiwa yang luka, hati hati yang patah, iman-iman yang gelisah, doa-doa yang tumbang, aksara-aksara yang menangis (semakin rapuh berkata-kata) memanggang jiwaku, membakar tubuhku, mesias... teteskan,...teteskan.. gerimismu di dalam rahimku.. jika..jika...jika engkau memang ada...

JIBRAN
Wahai jiwa-jiwa yang luka, hati hati yang patah, iman-iman yang gelisah, doa-doa yang tumbang, aksara-aksara yang menangis, kepadamu kusajikan akad cinta dariNya


SOSOK HILANG
Dari siapa?
JIBRAN
DariNya

SOSOK HILANG
Siapa dia?

SANG CAHAYA II
Tuhan

SANG CAHAYA I
Sang Pencipta

JIBRAN
Terimalah Surat cinta terpanjang dariNya (menyodorkan sebuah kitab yang diambil dari Sang Cahaya II, ketiga perempuan meninggalkan panggung, Jibran membawa kembali bunga yang telah ditanam, Sosok Hilang menggenggam kitab dengan tangisan yang membahagiakan)

BABAK III

BACKSOUND: MUSIK BERNUANSA MENCEKAM
Raja kegelapan duduk di tahtanya dengan perasaan gelisah. Ia mengepulkan rokok dengan gelagat bimbang, geram, tak percaya. Baltasar memasuki panggung.

BALTASAR
Tamunya sudah datang yang mulia

RAJA KEGELAPAN
Suruh masuk (Jibran masuk)

JIBRAN
Lama tak jumpa, dan aku tak pernah tahu kuman apa yang merecoki dirimu hingga berbaik hati mengundangku ke sini

RAJA KEGELAPAN
Dunia selalu berada dalam ketegangan antara kau dan aku. Kita saling membagi dunia. gelap terang, baik buruk, hitam putih, hanya dua sisi mata uang. Yang berhak memperebutkan bumi hanya kita. Mahluk hidup adalah aksesoris yang tak pernah lebih dari serpihan debu. Tapi kini ada pihak lain yang mengancam posisi kita. Ini tidak bisa dibiarkan.

JIBRAN
Siapa dia?

RAJA KEGELAPAN
Dia,..(ragu mengatakan, namun tak ada pilihan) Dia.. Namanya, Manusia.

JIBRAN
(tertawa)
Takdir tlah mengungkungmu. Sebelum laut bersahabat dengan airmata ketakutan telah secerdik bayangan. Kau selamanya tak akan bisa mengelak pada binasa. Adam, Hawa, Sang Pencipta pernah kau cobai. Dan Manusia, mahluk tak berwarna itu, kini membuatmu gelisah.

RAJA KEGELAPAN
Semua ini kubangun dengan susah payah. Dengan keringat dan darah. Tak akan kubiarkan satu mahluk pun merampas tahtaku! Tidak kau,.. tidak juga manusia!

JIBRAN
Semakin renta, kau semakin lucu saja,..mana mungkin aku berminat dengan kursi tahtamu yang kotor itu. Ingatlah, masa itu telah dekat, setiap bait-bait puisi kan memudar, setiap detak nafas kan berpulang untuk diadili. Ketika jiwa bercampur dengan ketamakan, nafsu menjelma menjadi kebenaran, dan ketika kebenaran tak lagi mempunyai warna. Peperangan, perselisihan, ketakutan, saling bunuh, adalah keniscayaan. Kau.. (menunjuk pada Raja Kegelapan) sang sutradara yang licik..

RAJA KEGELAPAN
Dan Manusia, adalah aktor dan aktris yang tak lagi patuh pada sang sutradara,.. Negeri-negeri yang memuja nafsu, telah menjadi nafsu itu sendiri. Aku hanyalah tamu, aku sang penguasa hanyalah tamu, tamu di setiap penjuru negeri..

JIBRAN
Serahkan tanah kekuasaanmu padaku..

RAJA KEGELAPAN
Sampai langit runtuh, sampai laut menjadi linangan darah, aku tak akan pernah berkompromi denganmu..

JIBRAN
(membanting meja)
Serahkan padaku sesuatu yang bukan menjadi hakmu

RAJA KEGELAPAN
(murka)
Jangan pernah berharap!! (Raja Kegelapan dan Jibran saling bersahutan dengan kata-kata yang sama)

Sang manusia, orang I dan orang II mendadak masuk.

SANG MANUSIA
Diam!!, Simpan saja omongkosong kalian di dunia omongkosong!! Lumpuhkan mereka!

ORANG I, II
Beres Bos!!
(Backsound: Roots Bloody Roots, sepultura, ketiga orang itu menyerang Raja Kegelapan dan Jibran dengan buas, mereka terkapar tak berdaya, sang manusia menaiki meja lalu meliuk-liukkan tubuhnya dengan liar, orang I dan Orang II menggumam-gumam dengan buas, Sang manusia meloncat dari atas meja)

SANG MANUSIA
Bawa mereka ke dalam kurungan..(orang I dan II menyeret Raja kegelapan dan Jibran keluar panggung)

BABAK IV
BACKSOUND: MUSIK BERNUANSA KELAM
Sang Manusia memasuki panggung. Orang I dan Orang II mengikutinya dari belakang dengan perangai bodoh.

SANG MANUSIA
Hei, kau..merunduk,.. kalian tidak boleh melebihi tinggi tubuhku..mengerti?

ORANG I
Tapi kita kan sama?, sama-sama manusia...

ORANG II
Iya.. sama-sama manusia

SANG MANUSIA
Sekarang aku yang berkuasa. Kalian bawahanku. Mau tahu kenapa? karena koleksi dosa kalian tak sebanding dengan jumlah yang telah berhasil kukoleksi selama ini. Aku pernah membunuh, mencuri, merampok, memerkosa, mengkorupsi uang negara, menghamili istri orang, dan lain sejenisnya. Apa dosa kamu?

ORANG I
Memukul anak kecil sampai menangis..

SANG MANUSIA
Kamu?

ORANG II
Badusta pa Mama

SANG MANUSIA
(tertawa terbahak-bahak) Kau dan kau, (menunjuk lalu mengarahkan jari jempol ke bawah) CEMEN!!!! (kembali terbahak, ia kemudian duduk di tahta sang raja kegelapan, raut wajahnya bengis, orang I memijat-mijat pahanya, orang II mengipas-ngipas)
Namaku manusia, lahir sejak dosa masih dalam kandungan, aku, akulah yang melahirkan dosa, apa? Iblis katamu? (menggoyangkan jari telunjuk) bukan, samasekali bukan, dosa telah memilih aku sebagai pemegang hak cipta istimewa atas dirinya. (tertawa terbahak) pekerjaanku? Sangat beragam, aku manusia multitalent, tergantung pesanan, dan tergantung mood, kata Darwin aku adalah hewan paling cerdas di muka bumi, aku tersinggung!!,.. apalagi dengan rekayasa murahan yang mengatakan kalau nenek moyangku adalah monyet. Apa aku mirip monyet?

ORANG I
Tidak yang mulia,.. yang mulia sedikit lebih ganteng

SANG MANUSIA
(tertawa terbahak) seret kemari dua mahluk keparat itu ( musik on,..orang I dan orang II menyeret Malaikat dan raja kegelapan yang tampak lusuh dan lemah dengan sehelai tali, mulut mereka tersumpal lakban, mereka terkulai lemah sambil berlutut di tengah panggung, Sang Manusia mendekati lalu mencengkram rambut keduanya) Kau.. sang penguasa kesesatan,. Lihatlah dirimu yang menyedihkan ini, lemah dan tak berdaya, dekil dan kotor, sekarang,.. jabatanmu aku ambil alih, akulah sang kesesatan itu. Dan kau sang pembawa berita kemuliaan, lihatlah dirimu, begitu tolol dan menjijikan. Sekarang citramu aku ambil alih, akulah sang kemuliaan itu. Mulai saat ini tak ada kerajaan surga, tak ada lagi kerajaan neraka, sekarang hanya ada satu kerajaan, kerajaan itu adalah, kerajaan manusia...(tertawa terbahak, orang I dan orang II ikut-ikutan tertawa, Sang Manusia menaiki punggung orang I dan orang II) mari, kita kabarkan ke seluruh penjuru semesta, keperkasaan kerajaan manusia,...

Sang Manusia, Orang I, dan Orang II meninggalkan panggung sambil tertawa bangga.

“SELESAI”

No comments:

Post a Comment