Thursday 28 September 2017
Monday 5 September 2016
Friday 6 November 2015
ALAM PIKIR MANUSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh makhluk lain(makhluk hewan dan tumbuhan).Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu, kemauan yang lebih baik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain, tubuh manusia lebih lemah, tetapi rohaninya (akal, budi dan kemauan) jauh lebih kuat dan lebih maju di banding makhluk lain. Hal ini terbukti,saat inimanusia telah mampu menguasai dunia dan hewan. Itu semua dapat terjadi karena hanya manusia yang memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa yang terjadi disekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhadap dirinya sendiri. Pada hakikatnya, perkembangan pikiran manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan tiada batas yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pola PikirPola pikir —juga dikenal dengan istilah mindset — adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita. Sewaktu kita hanyut dalam samudra informasi maka pikiran mencari arah dengan berpegangan pada pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.
Pola pikir yang sudah dimiliki masih dapat diubah apabila dirasa sudah tidak mampu membawa diri kita sampai ke tempat tujuan dengan sukses. Untuk mengganti pola pikir lama dengan pola pikir baru yang lebih baik diperlukan tekad dan keberanian untuk berubah. Pola pikir baru yang dianut harus bisa mendorong imajinasi dan kreativitas untuk berkembang. Pola pikir yang digunakan selayaknya tidak terlalu jauh meloncat ke depan agar orang-orang di sekitar kita tetap dapat mengikuti serta mengetahui bagaimana dan di mana pikiran kita berada.
Pola Pikir adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisi, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra.
Pola pikir seseorang akan mudah terlihat ketika menghadapi suatu permasalahan yang harus diselesaikan. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang sudah teruji dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup. Perlu dipahami bahwa pola pikir itu ada yang positif dan ada pula yang negatif. Pola pikir positif akan membawa dampak positif bagi penganutnya, sebaliknya pola pikir negatif akan membawa dampak negatif.
Pola pikir itu ada yang bersifat umum, dan ada pula yang bersifat spesifik sesuai dengan tuntutan bidang tertentu. Beberapa ungkapan pola pikir yang bersifat umum, misalnya “Jadilah kita sebagai penyebab bukan sebagai akibat, karena ,kita yang harus menentukan nasib bukan nasib yang menentukan kita”. Setiap pikiran menjadi penyebab, dan setiap kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar kondisi yang muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan.
Salah satu ungkapan pola pikir Einstein bahwa “imajinasi jauh lebih baik dari pengetahuan”. Pengetahuan yang orisinal bersumber dari imajinasi. Oleh sebab itu, dunia kita tidak akan lebih luas dari imajinasi kita. Pola pikir yang pernah diucapkan oleh Jonathan Swift, “Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tetapi oleh visi kita.” Warren Bennis memiliki pola pikir seperti yang ia ucapkan, “Kepemimpinan adalah kemampuan mengubah visi menjadi realitas. Pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar dan manajer adalah orang yang melakukan dengan cara yang benar.” Stephen R. Covey mengatakan bahwa ada empat peran utama sebagai pemimpin, yaitu: 1) menjadi panutan; 2) menjadi perintis; 3) menjadi penyelaras; dan 4) menjadi pemberdaya.
B. Mengenali Pola Pikir Manisa
Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan masalah. Sejak bangun dari tidur sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik masalah intern maupun masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka masalah yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran untuk memecahkannya. Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah dikaruniai akal atau otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta lingkungan yang banyak mempengaruhinya. Sejak mengenyam bangku sekolahan sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk mengahadapi masalah yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita membahas suatu masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin dewasa dalam berpikir untuk mengatasi masalah. Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja memilih cara atau mungkin langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan pola berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan bagian dari hak otonom setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah referensi dan keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa "coba-coba tapi tidak ada kepastian" seperti yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah - cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu. Pola Pikir Ilmiah Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist). Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai. Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan masalah melalui metode yang tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya, dalam pola pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi, pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Demikian selintas tulisan mengenali pola pikir manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan pola pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai berbagai pola pikir di atas. Setidaknya, itulah gambaran pola pikir manusia yang dapat dikemukakan. Tidak menutup kemungkinan tulisan ini dapat dikembangkan melalui diskusi lebih lanjut. Semoga dapat menambah pengayaan pengetahuan kita bersama.
C. Proses Perkembnagan Pola Pikir
Sejak lahirnya di muka bumi ini, manusia bersentuhan dengan alam. Persentuhan dengan alam menimbulkan pengalaman. Alam memberikan rangsangan kepada manusia melalui pancaindera. Jadi, pancaindera merupakan alat komunikasi antara alam dengan manusia yang membuahkan pengalaman. Pengalaman itu saat demi saat bertambah, karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang hakiki; apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah mengadakan kontak dengan dirinya.
Perkembangan pola pikir manusia ini dari zaman ke zaman terus berubah bahkan bertambah, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 1) Rasa Ingin Tahu; Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suatu ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).
Manusia sebagai mahluk, mempunyai ciri-ciri : a) Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya. b) Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar. c) Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar. c) Memiliki potensi berkembang biak. d)Tumbuh dan bergerak. e) Berinteraksi dengan lingkungannya, Mati. Sesuai dengan ciri manusia pada poin (1), yakni manusia mempunyai otak, maka manusia mulai tumbuh rasa ingin tahunya, rasa ingin tahu ini tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti batu, tanah, sungai dan angin. Sedangkan air dan udara bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukanlah atas kehendaknya sendiri, tetapi akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal.
D. Perkembangan Pola Pikir Manusia Di Dunia Islam
Pemikiran Islam adalah pemikiran yang khas, lain daripada yang lain. Ini wajar, sebab pemikiran Islam berasal dari wahyu atau bersandarkan pada penjelasan wahyu, sedangkan pemikiran-pemikiran yang lain yang berkembang di antara manusia, baik itu berupa agama-agama non samawi, ideologi-ideologi politik dan ekonomi, maupun teori-teori sosial sekedar muncul dari kejeniusan berfikir manusia yang melahirkannya.
Namun perlu disadari, bahwa sekalipun pemikiran Islam berasal dari wahyu yang turun dari langit, pemikiran islam adalah diturunkan ke bumi untuk menjadi petunjuk bagi manusia di bumi. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (al-Qur’an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” (Qs. az-Zumar [39]: 41).
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Qs. al-Baqarah [2]: 185).
Oleh karena itu, agar bisa memahami keberadaan pemikiran islam sebagai petunjuk amal perbuatan manusia, maka perlu dipahami karakteristik pemikiran Islam.
Pemikiran Islam mempunyai beberapa ciri khas, antara lain bersifat : komperehensif (syumuliyah), luas, praktis (amaliy), dan manusiawi.
a. Bersifat Komperehensif
Pemikiran Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia, seperti politik, sosial kemasyarakatan, perekonomian, kebudayaan dan akhlak. Islam hadir dengan membawa aturan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tercakup dalam perkara akidah dan ibadah. Sedangkan aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri tercakup dalam hukum-hukum tentang makanan, pakaian, dan akhlak. Selebihnya adalah aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain, seperti perkara muamalah ekonomi dan sosial, sanksi-sanksi hukum bagi para pelanggar hukum (uqubat), politik ketatanegaraan, pertahanan dan keamanan, politik luar negeri dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Allah SWT berfirman:
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Qs.an-Nahl[16]:89).
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatangbuas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlahkepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepada munikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Qs. al-Mâ’idah [5]: 3)
Setelah memahami kedua ayat di atas seorang muslim tidak boleh menyatakan bahwa, ada sebagian perbuatan manusia yang tidak ada status hukumnya dalam Islam. Semua persoalan dari sejak Islam turun ke bumi 15 abad yang lalu hingga hari kiamat, semua masalah pasti tercakup dalam perkara yang dipecahkan oleh Islam. Kalau sekilas saja kita membaca buku-buku fiqih, kita akan mendapatkan bahwa masalah yang dipecahkan oleh syariah itu tidak hanya masalah ritual belaka, tapi seluruh masalah kehidupan.
b. Bersifat Luas
Keluasan pemikiran Islam memungkinkan Para Ulama untuk melakukan istinbath (menggali) hukum-hukum syari’iy dari nash-nash syariat-syariat tentang perkara baru apapun jenisnya, baik perbuatan ataupun benda. Dalil-dalil syariat hadir dalam bentuk gaya bahasa yang mampu mencakup perkara apa saja hingga hari kiamat. Apabila ditanyakan kepada seorang muslim hingga saat ini, apa dalil syariat tentang kebolehan mengendarai roket, pesawat atau kapal selam, kemudian ia meneliti dalil-dalil syariat untuk mengetahui hukumnya, niscaya dia akan menemukannya dalam firman Allah SWT :
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagairahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikianitu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanAllah) bagi kaum yang berpikir. (Qs. al-Jâtsiyah[45]:13).
“Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar)bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.”(Qs. Yâsîn [36]: 41 – 42)
Jika ada yang menanyakan, apakah umat Islam boleh memiliki bom atom, maka dia akan menjumpai hukum syara tentang itu, dalam firman Allah SWT :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang denganpersiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”(Qs. al-Anfâl [8]: 60)
Sebab, arah dari perintah Allah SWT dalam Qs. al-Anfâl [8]: 60 tersebut adalah untuk menakut-nakuti musuh (irhabul aduww). Kalau di masa lalu, adanya pasukan berkuda (al khail) adalah efektif untuk menakut-nakuti musuh, karena pasukan kavaleri yang ada pada waktu itu adalah pasukan berkuda. Di masa sekarang, pasukan kavaleri bisa berkendaraan panser atau yang lain. Dan untuk menakut-nakuti musuh di masa sekarang, bisa dilakukan dengan parade kapal induk, pesawat tempur supersonik yang dilengkapi dengan rudal berkepala nuklir, dan persenjataan canggih lainnya.
c. Bersifat Praktis
Hukum-hukum Islam hadir untuk diterapkan dan dilaksanakan ditengah-tengah kehidupan. Manusia tidak akan dibebani melebihi yang dia sanggupi. Allah berfirman:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".(Qs. al-Baqarah [2]: 286).
Pada sebagian besar ayat-ayat al-Quran, Allah swt telah mengaitkan amal dengan iman seperti firman Allah SWT :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Qs. al-Ashr [103]: 1 – 3)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa,dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiadamempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”(Qs. an-Nûr [24]: 55).
d. Bersifat Manusiawi
Islam menyeru kepada manusia dalam kapasitasnya sebagai manusia, tanpa melihat lagi ras atau warna kulitnya. Firman Allah SWT:
“Hai manusia beribadahlah kepada Tuhan kalian….” (Qs. al-Baqarah [2]: 21).
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah untuk kalian semua’.” (Qs. al-A’râf [7]: 158).
“Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya kami telah menjadikan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan dan kami telah menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal-mengenal’.” (Qs. al-Hujurât [49]: 13).
Rasulullah bersabda:
“Aku diutus untuk orang-orang yang berkulit merah maupun berkulit hitam.”
Orang-orang selain orang Arab pun telah beriman pada agama ini, seperti Persia, Romawi, Asia Tengah, India, Indonesia dan sebagainya. Demikianlah, Islam telah mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya hidayah, dari keterpurukan menuju kebangkitan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULANIlmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai “rasa ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau “instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri dan berkembang biak. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu merupakan “pengetahuan”-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan “mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya, manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Dewiki,Santi.2008.Alam Pemikiran Manusia dan Perkembangannya.(online)
Diunduh pada tanggal 24 – 02 – 2012, http://massofa.wordpress.com).
Jasin, Drs.Maskori.2010.Ilmu Alamiah Dasar.Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Kurniawan.2008.Ayat – ayat penciptaan manusia.(online)
Diunduh pada tanggal 25 – 02 – 2012, http://www.kurniawan.blogspot.com).
Tim Dosen IAD.2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Makassar.
Wulaningsih, Dewi Ratna.2010 Pengantar Ilmu Kealaman Dasar. (online)
Saturday 31 October 2015
PANDANGAN ISLAM TERHADAP SIKAP KRITIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
Pandangan Islam
terhadap islam
adalah konsep yang dimiliki seseorang yang bermaksud menanggapi dan menerangkan
segala masalah di dunia,Islam
ialah kata jadian Arab,Asalnya
dari kata jadian juga: aslama,Akar
katanya ialah salima, berarti: sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat,Dari kata itu terjadi kata masdar:
salamat (dalam bahasa Malaysia/Indonesia menjadi
selamat),seterusnya salm dan silm,Salam dan silm berarti: kedamaian,kesejahteraan,kepatuhan
penyerahan diri kepada Tuhan,Kata
salam dijumpai dalam ucapan assalaamu’alaikum,
sejahterahlah atas kamu. Orang Islam bila bertemu antara sesamanya tidak
mengucapkan selamat pagi atau selamat malam, melainkan mendo’akan salam atau
kesejahteraan orang yang dijumpainya itu. Sejahtera berarti: aman dan makmur,
senang dan tentram, terpelihara dalam bencana, kesusahan, gangguan dan
lain-lain. Dengan demikian kata itu mengandung pengertian keselamatan dan
kesenangan, yang jadi naluri asasi manusia.
Manusia adalah individu
yang terdiri dari sel-sel daging, tulang, saraf, darah dan lain-lain (materi)
yang membentuk jasad. Manusia, dalam pandangan Islam, adalah makhluk yang
memiliki identitas istimewa. Ia bukan malaikat, tetapi juga bukan setan. Ia
dapat terjatuh sehingga berkualitas seperti setan. Ia, dengan keluhuran
rohaniannya, juga dapat mencapai kualitas kemalaikatan. Dalam spektrumnya yang
alami, yang merupakan tarikan antara setan dan malaikat, ia mengandung sifat
antara kebaikan dan kejahatan, yang mungkin saja tidak asing bagi sifatnya atau
tidak berasal dari luar.Di antara hal yang memuliakan dan melebihkan manusia
adalah bahwa Allah telah memberikan kepadanya kemampuan untuk belajar dan
berpengetahuan, serta membekalinya dengan segala peralatan kemampuan.
Tugas paling luhur
manusia ialah beribadah kepada Allah. Inti seluruh tanggung jawab ini adalah
tanggung jawab manusia terhadap ibadah kepada Allah dan pentauhidan-Nya; yakni
memurnikan ibadah hanya kepada Allah Semata.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian manusia ?
2.
Apa pengertian manusia secara Islam ?
3.
Bagaimana pandangan Islam terhadap manusia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan
Islam Terhadap Manusia
Manusia senantiasa
keliru dalam memahami dirinya. Kadangkala ia cenderung untuk bersikap superior,
sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling besar dan agung di alam
ini. Bahkan superioritas ini
diserukannya dengan penuh keakuan, kecongkakan dan kesombongan.
Kadangkala pula dia
cenderung untuk bersikap imferior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk
yang paling hina dan rendah di dunia ini. Karena itu dia bersujud kepada pohon,
batu, sungai, gunung atau binatang. Menurut keyakinannya, keselamatan hanya kan
diperoleh jika dia bersujud kepada matahari, bulan, bintang, api dan
makhluk-makhluk lain yang dipandangnya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
memberikan bahaya atau manfaat kepadanya.
Islam telah menjelaskan
hakikat dan asal diri manusia, keistimwaan dan kelebihannya, tugasnya di dalam
hidup, hubungannya dengan alam, serta kesiapannya untuk menerima kebaikan dan
keburukan.
Hakikat dan asal diri manusia berpangkal
pada dua asal: asal yang jauh, yaitu kejadian pertama dari tanah, ketika Allah
menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh ciptaan-Nya kepadanya; dan asal
yang dekat, yaitu kejadian kedua dari nuthfah.
Di antara hal yang
memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah telah meberikan kepadanya
kemampuan untuk belajar dan berpengetahuan, serta membekalinya dengan segala
peralatan kemampuan ini.
Tugas paling luhur manusia ialah
beribadah kepada Allah. Inti seluruh tanggung jawab ini adalah tanggung jawab
manusia terhadap ibadah kepada Allah dan pentauhidan-Nya; yakni memurnikan
ibadah hanya kepada Allah Semata.
B. Pandangan
Islam Terhadap Kedudukan Manusia
Manusia mempunyai
kedudukan ganda di alam semesta yang materil ini. Sebagai jasad ia adalah
bagian dari dan berada di dalam alam semesta, tetapi sebagai ruh ia berada di
atas atau di luar alam semesta. Dan karena kedudukannya yang istimewa inilah
manusia dipilih sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini.
Peranan manusia sebagai
“klhalifatullah fil ardh” ini dijelaskan oleh Qur’an suci sebagai berikut:
“Dan Dia-lah yang telah membuatmu
menjadi khalifah di muka bumi dan telah mengangkat sebagian dari kamu di atas
yang lain guna mengujimu dengan sesuatu yang telah diberikan pada kamu sekalian
”. (Q.S, al-An’am, 6: 165).
Tetapi, lepas dari
kekuasaannya sebagai khalifah, manusia juga mempunyai kewajiban-kewajiban
khusus kekhalifahan. Seperti seorang duta yang wajib mencerminkan sifat-sifat
mulia bangsa, yang mengangkatnya sebagai duta dalam setiap perbuatannya, maka
manusia sebagai wakil Tuhan di muka bum wajib mencerminkan sifat-sifat mulia di
dalam setiap perbuatan dan ciptaannya. Demikian pula sebagai seperti seorang
duta yang harus tetap tunduk hukum-hukum bangsa yang memberinya kekuasaan
sebagai wakil bangsa di samping is harus tunduk pada hukum-hukum negara tempat
ia bertugas, maka manusia pun harus tunduk pada hukum-hukum spiritual Ilahi di
samping harus tunduk pada hukum-hukum alam materil.
Walaupun manusia adalah
khalifah Tuhan, hal ini tidaklah boleh menimbulkan kesombongan di hati manusia,
karena sebenarnya manusia tetaplah merupakan hamba atau abdi-Nya sesuai dengan
pernyataan Allah SWT dalam ayat suci yang berbunyi:
“Tidaklah Ku-jadikan jin dan manusia
kecuali untuk mengabdi Aku”. (Q.S. al-Dzariyat, 51: 56)
C. Pandangan Islam Terhadap Keyakinan
Manusia
Keyakinan tentang
manusia itu makhluk yang termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada
di alam jagat ini. Allah karuniakan keutamakan yang membedakannya dari makhluk
lain. Allah membekali manusia dengan beberapa ciri tertentu yang akan terangkan
kelak kebahagiannya. Dengan karunia itu manusia berhak mendapat penghormatan
dari makhluk-makhluk lain. Peri manusia di cipta dari segumpal darah atau dari
tanah atau dari mani berubah menjadi segumpal darah. Ayat yang menjelaskan
tentang kejadian manusia umumnya adalah dalam kontek memberi penghormatan atau
supaya diambil i’tibar dari kejadian itu. Antaranya ada yang melukiskan tentang
kekuasaan Allah untuk membangkit atau menghidupkan kembali insan itu dari
kuburnya maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia ciptakan.
Keutamaan lebih
diberikan kepada manusia dari makhluk lain,Manusia dilantik menjadi khalifah dibumi
untuk memakmurkannya. Untuk itu dibebankan kepada manusia amanah attaklif.
Diberikan pula kebebasan dan tanggung jawab memliki serta memelihara
nilai-nilai keutamaan. Keutamaan yang diberikan bukanlah karena bangsanya,
bukan juga karena warna, kecantikan, perawatan, harta, derjat, jenis profesi
dan kasta sosial atau ekonominya. Tetapi semata-mata karena imam, takwa,
akhlak, ketinggian akal, dan amalnya. Karena manusia sanggup memikul tanggung
jawab terhadap diri dan masyarakat,Karena
ia dapat menggunakan pengetahuan serta kepandaian. Pendek kata manusia
diberikan status demikian itu karena ciri dan sifat utama yang di karuniakan Allah
kepadanya,
Ciri-ciri itu tidak diberikan kepada makhluk-makhluk lain. Sebab itu, layaklah
manusia diberi karunia dan keutamaan dari Allah. Memang banyak karunia yang
diberikan kepada manusia karena manusia mempunyai motivasi,kecenderungan dan
kebutuhan permulaan baik yang diwarisi dan diperoleh dalam proses sosialisasi
yaitu yang diperoleh ketika berinteraksi dengan element lingkungan yang
bersifat benda, manusia atau kebudayaan.
D.
Pandangan Islam Dan Manusia
Manusia dalam pandangan
Islam, selalu dikaitkan dengan suatu kisah tersendiri. Dalam Al-Qur’an, manusia
berulang-kali diangkat derajatnya, berulang-kali pula direndahkan. Mereka
dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi, dan bahkan para malaikat; tetapi,
pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan
terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang
mampu menaklukan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi “yang paling
rendah dari segala yang rendah”. Oleh karena itu, makhluk manusia sendirilah
yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri.
Manusia adalah khalifah
Tuhan di Bumi. Dibandingkan dengan semua makhluk yang lain, manusia mempunyai
kapasitas inteligensia yang paling tinggi. Manusia mempunyai kecenderungan
dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh
di dasar sanubari mereka. Kesimpulannya, manusia adalah suatu makhluk pilihan
Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang
semi-samawi dan semi-duniawi, yang didalam dirinya ditanamkan sifat mengakui
Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam
semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit, dan bumi. Manusia
dipusakai dengan kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan
mereka dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke
arah kekuatan, tetapi itu tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka, kecuali
jika mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak terbatas,
baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan ilmu. Mereka memiliki
suatu keluhuran dan martabat naluriah. Motivasi dan pendorong mereka, dalam
banyak hal, tidak bersifat kebendaan. Akhirnya, mereka dapat secara leluasa
memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada mereka, namun pada saat
yang sama, mereka harus menunaikan kewajiban mereka kepada Tuhan.
E. Pandangan Islam Terhadap Khilafah
Manusia pemegang mandat
“Khilafah”. Doktrin al-Qur’an menetapkan, bahwa manusialah satu-satunya makhluk
yang diberi mandat oleh Allah untuk mengelola dan mendayagunakan sumber daya
dan kekayaan alam. Mandat yang disebut sebagai “Khalifah Allah di bumi”.
Manusia memperoleh semacam hak konsesi untuk eksplorasi (penjelajahan untuk
mencari sumber kekayaan alam), eksploitasi (pengambilan kekayaan dan sumbernya)
serta pemanfaatan kekayaan tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan
peningkatan kualitas hidupnya sebagai makhluk budaya. Tetapi disisi lain,
manusia bertanggung jawab kepada Allah dalam menggunakan hak atau mandat
tersebut.
“Dan Dialah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi, dan Dia yang mengangkat beberapa
derajat sebagian diantaramu melebihi yang lain, untuk mengujimu tentang apa
yang telah diberikan-Nya padamu”.
Referensi al-Qur’an
memberi petunjuk kepada manusia agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai
“Khalifah Allah di bumi” dengan efektif melakukan beberapa kegiatan eksekutif
yang elementer, seperti penaklukkan sumber daya alam (at-tashkir). Sampai
dengan masanya turun al-Qur’an, masih banyak manusia yang menyembah kekuatan
alam, baik dalam bentuk animisme dan fetisisme. Al-Qur’an memberikan konsep
yang radikal untuk mengubah pandangan dan sikap manusia terhadap alam, yakni
alam semesta ini bukan merupakan kekuatan yang disembah dan dipertuhankan,
melainkan perlu dijinakkan dan dikendalikan untuk kemaslahatan dan
kesejahteraan hidup manusia, dan dipakai untuk mengembangkan tingkat peradaban
manusia.
Dengan demikian maka
perintah “meneliti dan observasi” tidak terbats untuk “mengetahui sesuatu”,
tapi dilanjutkan dengan tahap eksplorasi, eksploitasi dan pendayagunaannya
untuk keperluan kesejahteraan dan peradaban/civilisasi umat manusia.
F.
Pandangan Al-Qur’an Terhadap Manusia
Al-Qur’an memandang
manusia sebagai makhluk moral, yang mampu membedakan antara yang baik dan yang
buruk, serta memiliki kebebasan untuk memilih ke duanya. Tidak ada petunjuk
pasti tentag kebaikan dan keburukan yang melekat pada diri manusia- al-Qur’an
memperingatkan akan adanya manusia yang berdo’a (memohon) bagi kejahatan
(syarr) dan juga memohon bagi kebaikan (khair). Apabila manusia telah
dilengkapi dengan kemampuan untuk menilai baik dan buruk, dan membedakan antara
yang benar dan yang salah, tanpa bantua wahyu Ilahi, maka lembaga kerasulan
jelas akan kehilangan kegunaannya. Dengan ringkas al-Qur’an menyebut kemampuan
manusia untuk menjadi baik atau buruk, sebagaimana dinyatakan-Nya seperti
berikut ini.
“Demi sukma dan
penyempurnaannya (Allah) mengilhami (sukma) kejahatan dan kebaikan. Sungguh,
bahagialah siapa yang menyucikannya, dan rugilah siapa yang mencemarkannya”.
(Al-Qur’an: 91: 7-10).
Manusia, dalam
pandangan Islam, adalah makhluk yang memiliki identitas istimewa. Ia bukan
malaikat, tetapi juga bukan setan. Ia dapat terjatuh sehingga berkualitas
seperti setan. Ia, dengan keluhuran rohaniannya, juga dapat mencapai kualitas
kemalaikatan. Dalam spektrumnya yang alami, yang merupakan tarikan antara setan
dan malaikat, ia mengandung sifat antara kebaikan dan kejahatan, yang mungkin
saja tidak asing bagi sifatnya atau tidak berasal dari luar.
Konsep manusia dalam
Islam mengandung sifat “ganda”, yang menyatakan bahwa manusia terbantuk dari
tanah liat dan roh suci dari Tuhan. Cukup dinyatakan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik, dan juga
untuk berbuat buruk; yang mau menerima tuntunan (Ilahi) tetapi juga dapat
menjadi pembangkang; kemampuan untuk berbuat baik atau jahat. Maka menurut
ajaran Islam, hanyalah manusia yang merupakan makhluk yang dapat bertanggung
jawab. Manusialah yang harus mewujudkan misi Tuhan di dunia dan sekaligus
menjadi kepercayaannya.
G. Pandangan Manusia Terhadap Allah
Allah telah meninggikan
atau mengangkat martabat manusia sebagai individu dengan dilarang-Nya manusia
menyembah selain-Nya, seperti berhala dan lain-lain yang disembah oleh bangsa
Arab yang mereka percaya bahwa berhala-berhala itu berperan sebagai penghubung
atau pendekat mereka kepada Allah.
Allah telah melimpahkan
kemuliaan yang sempurna bagi manusia dengan menghilangkan kekuasaan para
pendeta dan tokoh-tokoh agama, sehingga tidak ada lagi perantara atau pemberi
syafa’at antara Allah dengan manusia. Jadi, tidak ada pendeta atau rahib yang
memberi ampun bagi insan yang berdosa.
Al-Qur’an menggariskan
bahwa tidak ada perantara atau pemberi syafa’at antara Allah dengan manusia.
Tidak ada seorang pun selain Allah yang memiliki atau dapat memberi manfaat dan
mudharat. Hanya amal shaleh yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah.
Seseorang mukmin diukur kedudukannya di sisi Allah dengan amal dan takwanya.
Setelah al-Qur’an
membebaskan manusia dari menyembah berhala dari pengaruh pendeta dan rahib
dengan mnghilangkan wibawa atau kekuasaannya, dan hanya mengakui kekuasaan akal
sehat dan pemikiran yang benar yang dapat mengenal baik dan buruk, maka adalah
logis jika manusia diharuskan bertanggung jawab atas semua perbuatannya, dan
hanya ia sendiri yang memikiul akibat dari amal-perbuatannya.
Manusia dalam pandangan
Islam, merupakan khalifah Allah yang bertugas menjalankan kehidupan dengan
dasar-dasar yang luhur dan cara-cara mencapainya dengan berlandaskan pada: iman
kepada Allah, sumber segala kebaikan, keadilan, amanah dan kesetiaan, toleransi
dan memberi maaf antara sesama manusia dalam hak dan kewajiban serta menghormati
dan memuliakan manusia untuk hidup bahagia dan sejahtera di atas bumi ini.
H.
Pandangan Manusia Terhadap individu
Manusia adalah individu
yang terdiri dari sel-sel daging, tulang, saraf, darah dan lain-lain (materi)
yang membentuk jasad.
Sejak semula, salah
satu prinsip dalam Islam adalah menjunjung tinggi martabat manusia, dan
menempatkannya dalam status supremasi diantara makhluk Tuhan lainnya. Referensi
konseptual dalam masalah ini cukup meyakinkan, seperti tertera dalam ayat-ayat
al-Qur’an:
“Sungguh
kami muliakan anak keturunan Adam (manusia)”. (Q.S. Al-Isra’: 70)
Masih banyak lagi dalil
al-Qur’an yang memberi acuan tentang manusia. Dalam fiqih Islam ditetapkan,
bahwa masing-masing individu memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
dilindungi. Hak-hak individu itu bebas dilakukan selama tidak menimbulkan
kerugian atau mengganggu hak-hak orang atau masyarakat lainnya. Ada sebuah
kaidah umum yang berlaku: La dlarara wala dlirar (tidak merugikan dan tidak
dirugikan). Untuk menjaga agar tidak terjadi salah pemakaian hak-hak tersebut,
maka syari’ah Islam menetapkan tatanan hukum yang mengatur hubungan antar
individu, maupun antara individu dengan kelompoknya, maka lahirlah yang dikenal
dengan hukum mu’amalat, hukum jinayat, dan lain-lain, Apabila hak-hak tersebut diterapkan
menurut system syara’, maka dampaknya akan merusak dan menimbulkan disentegrasi
sosial. Maka larangan-larangan Allah adalah merupakan batas kemerdekaan
manusiawi secara umum. Dengan demikian maka kebebasan dalam menggunakan hak-hak
asasi manusia dalam Islam,
dikaitkan dengan tanggung jawab sosial (al-maslahah al-mursalah). Dasar umum
dari prinsip ini adalah bahwa manusia tetap dalam kemerdekaan individunya
selama tidak bertubrukan dengan kemaslahatan umum, dan peraturan hukum tidak mencampuri
urusannya, selama tidak terjadi benturan atau tubrukan tersebut.
I. Pandangan Manusia Terhadap Seseorang
Manusia itu seorang
persona, tetapi dalam pada itu masih harus dipersonisasikan. Artinya harus
berevolusi untuk mencapai kepersonaannya. Kepersonaannya masih harus diisi,
dilaksanakan dan disempurnakan. Martabat sebagai persona atau pribadi itu masih
harus diperkembangkan, sehingga menjadi kenyataan yang sepenuh-penuhnya.
Salah satu sifat dasar
manusia lainnya ialah: hasrat untuk berkomunikasi; yaitu untuk berhubungan,
berdialog dan bersatu dengan pribadi lain. Karena itu disebut sebagai makhluk
sosial. Termasuk pula keinginan menjalin komunikasi dengan Pribadi Yang Maha
Sempurna (Tuhan). Sebab dalam usahanya mengembangkan dan mengaitkan pribadinya,
orang menyadari kelemahan, keterbatasan dan ketidaksempurnaannya. Dia belajar
mengenali diri sendiri sebagai makhluk yang serba kurang dan tidak lengkap.
Karena kesadaran inilah timbul hasrat untuk menyerahkan diri kepada belas-kasih
Ilahi, atau kepada “Toi Absolu” (dikau yang maha absolut). Jadi, dia belajar
langsung pada Tuhan.
Maka kemanunggalan diri
manusia dengan Gusti Allah (manunggaling kawula Gusti) itu menjadi tujuan final
dari eksistensi manusia yangotentik, dan menjadi tujuan dari pendidikan
religious. Dalam piwulang (ajaran) Jawa, bersatunya manusia dengan Hakekat
Kosmos/Tuhan itu dilambangkan dengan “wiji ana sajroning uwit, uwit ana
sajroning wiji” (benih ada dalam pohon, pohon ada dalam benih). Jadi ada
kelululah diri/benih sebagai “kawula” atau hamba dengan Dzat Yang Maha Sempurna,Maka keyakinan akan kasih Tuhan itu
memberikan kekuatan dan stabilitas pada manusia; juga melimpahkan energi dan
daya tahan terhadap segala mala dan duka derita; selanjutnya menjamin rasa aman
bahagia. Untuk bisa sampai pada tingkat sedemikian, tidak habis-habisnya
manusia mendidik diri/mesu diri, dalam pengertian “ngulah raga, nyipta karsa,
sarta ngrogoh suksma (melatih bada, mecipta karsa/kemauan, dan mengulik sukma).
J. Pandangan Manusia Terhadap Maklhuk
Manusia adalah maklhuk terhormat pembawa amanah. Tuhan
sudah mengambil keputusan mengangkat manusia sebagai makhluk terhormat melebihi
makhluk-makhluk lainnya, berarti Allah telah menjadikan Bani Adam sebagai
makhluk yang berbudaya. Dan manusia sendiri secara riskan siap memikul amanah
(tugas-tugas), dimana langit, bumi dan gunungpun terasa berat memikulnya.
Manusia telah dibekali perangkat yang memungkinkan untuk memikulnya, dan
perangkat potensi yang tidak dimiliki makhluk lain, antara lain potensi berfikir
kreatif yang mampu bernalar secara kully dan juz’iy, suatu kemampuan yang tidak
dapat ditandingi oleh malaikatpun, karena para malaikat hanya mampu berfikir
secara kully saja.
Manusia memiliki
keistimewaan perangkat potensi, sehingga dia menjadi “makhluk terhormat” itu,
terutama yang berwujud: An-Nafs (jiwa atau pribadi), Al-Qalb (hati nurani),
Ar-Ruh (ruh atau nyawa), dan Al-Aql (pikiran atau nalar).
Islam memerintahkan
kepada manusia agar selalu memperhatikan pengembangan yang menyangkut
eksistensi manusia secara harmonis dan serasi.
Dalam usaha menyiapkan
dirinya dan mengembangkan potensinya agar sampai pada kedudukan sebagai
“pembawa amanah” yang berhasil, tidak dapat bekerja sendiri tanpa memanfaatkan
bimbingan Tuhan, mencari hidayah-Nya, menggapai rahmat-Nya, memegang teguh
fitrah yang diberikannya, baik “fitrah mukhallaqoh” (fitrah yang dibekalkan
manusia sejak diciptakan) maupun “firah munazzalah” (doktrin kehidupan yang
diberikan oleh Allah sebagai acuan bagi manusia dalam menyusuri perjalanan
hidupnya yang peuh tantangan). Didalam konteks inilah al-Qur’an dengan tegas
menyatakan, bahwa peranan Tuhan merupakan sesuatu yang mutlak harus disadari
dan diperhatikan oleh manusia. Jika kesadaran kepada Allah, keimanan dan
ketaqwaan kepada-Nya memberikan arti dan tujuan kepada kehidupan.
KESIMPULAN
Manusia adalah khalifah
Tuhan di bumi,
Oleh karena itu, manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan,
pada kenyataannya, telah menganugerahi manusia dengan keunggulan atas
makhluk-makhluk lain. Manusia akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka
mampu merasakan kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri
mereka dari kepicikan segala jenis kerendahan budi, penghambaan, dan hawa
nafsu.
Al-Qur’an dan as-Sunnah
selalu meminta agar manusia mengisi hidupnya dengan bekerja untuk
mempertahankan kehidupanya, yaitu dengan memanfaatkan apa yang telah Allah
ciptakan baginya di muka bumi ini. Dari pandangan Islam, hanya pekerjaan yang
baik serta amal saleh sajalah yang mendapatkan pahala. Sedangkan tindakan yang
buruk, jahat, harus dihindari oleh setiap pribadi muslim. Al-Qur’an penuh
dengan ayat-ayat yang berisi pujian Allah terhadap pekerjaan yang “baik” (amal
saleh), dan tersedianya ganjaran baik di dunia ataupun di akhirat bagi mereka
yang bekerja dengan dilandasi iman.
Manusia adalah makhluk
cerdas yang dapat memanfaatkan bakat serta kecerdasannya untuk mengembangkan
kehidupannya di atas muka bumi, dan membuatnya lebih sejahtera. Islam mendorong
(pemeluknya untuk melakukan) inovasi di dalam segala lapangan teknologi. Tetapi
Islam juga melarang inovasi yang dilakukan dalam masalah agama dan kerohanian.
Tuhan menciptakan
manusia agar mereka menyembah-Nya; dan tunduk patuh kepada-Nya. Walaupun
manusia adalah khalifah Tuhan, hal ini tidak boleh menimbulkan kesombongan di
hati manusia, karena sebenarnya tugas manusia yang terpenting adalah mengabdi
kepada-Nya dan menjadi wakil-Nya yang baik di muka bumi.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Syaibany, Omar Mohammad al-Toumy,
1979, Falsafah Pendidikan Islam, Penerjemah Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan
Bintang.
Al-Buraey, Muhammad, A., 1985, Islam
Landasan Alternatif Administrasi Pembangunan, Jakarta: CV Rajawali.
An-Nahlawi, Abdurrahman, 1996,
Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam Dalam Keluarga, di Sekolah dan di
Masyarakat, Bandung: CV Diponegoro.
Hasan, Muhammad Tholhah, 2003, Prospek
Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta: Penerbit Lantabora Press.
Hasan, Muhammad Tholhah, 2005, Islam
Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta: Penerbit Lantabora Press.
Hasan, Muhammad Tholhah, 2005, Islam dan
Masalah Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Lantabora Press.
Kartono, Kartini, 1992, Pengantar Ilmu
Pendidik Teoritis, Bandung: Penerbit CV Mandar Maju.
Mahzar, Armahedi, 1993, Islam Masa
Depan, Bandung: Penerbit Pustaka.
Musa, Yusuf, 1988, Al-Qur’an dan
Filsafat, Jakarta: PT Bulan Bintang.
Muthahhari, Murtadha, 1992, Perspektif
Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung: Penerbit Mizan.
Thursday 17 September 2015
PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM MENJELASKAN TERJADINYA MASALAH GIZI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini,
epidemiologi banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat. Masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi
bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama
yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan masaah gizi masyarakat
yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan
berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam
masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan
keluarga saja.
Dari berbagai
contoh ruang lingkup penggunaan epidemiologi seperti tersebut diatas, lebih
memperjelas bahwa disiplin ilmu epidemiologi sebagai dasar filosofi dalam usaha
pendekatan analis masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang bertalian
dengan bidang kesehatan maupun masalah lain yang erat hubungannya dengan
kehidupan masyarakat secara umum.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit
pada manusia.
Epidemiologi
mempelajari tentang distribusi penyakit berdasarkan umur, jenis kelamin,
geografi, dll. Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit berdasarkan
faktor-faktor penyebab.
Epidemiologi gizi adalah ilmu yang
mempelajari determinan dari suatu masalah atau kelainan gizi.
•
Mempelajari distribusi
dan besarnya masalah gizi pada populasi manusia.
•
Menguraikan penyakit
dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.
•
Memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol
dan penanggulangan masalah gizi di masyarakat.
•
Menguraikan penyebab
dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.
Masalah gizi dihubungkan dengan:
1.
Faktor dan penyebab
masalah gizi (agent)
2.
Faktor yang ada pada
pejamu (host)
3.
Faktor yang ada di
lingkungan pejamu (environment)
Menguraikan penyebab dari masalah
gizi dan menentukan hubungan sebab akibat:
•
Masalah gizi :
kekurangan atau kelebihan zat gizi
•
Agent: asupan makanan
dan penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang
berkaitan
•
Host: karakteristik
individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin, suku
bangsa, dll)
•
Environment: lingkungan
(rumah, pekerjaan, pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi
Penggunaan epidemiologi gizi:
a. Secara deskriptif mempelajari :
•
Siapa yang mempunyai
masalah gizi
•
Kapan dan pada
situasi-kondisi apa yang bagaimana masalah gizi tersebut terjadi
(biasanya digunakan data dari
klinik, laporan rutin ataupun hasil survey khusus)
b. Secara analitik mempelajari:
•
Hubungan kausal
tertentu antara faktor penyebab dengan kejadian/kelainan yang diakibatkannya (biasanya
diperlukan penelitian khusus dengan rancangan kohort ataupun kasus-kontrol)
c. Secara intervensi mempelajari:
•
Dampak ataupun efek
dari suatu program yang telah di laksanakan untuk menanggulangi masalah gizi. (biasanya
dapat di manfaatkan untuk memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program/kebijakan gizi)
2.2
Rencana studi epidemiologi gizi:
1. Rancangan observasi
a.
Deskriptip:
1)
Studi ekologi
2)
Studi cross sectional
b. Analitik:
1)
Studi coss-cotrol
2)
Studi kohort
2. Rancangan eksperimen atau
komuniti trial
a.
Field trial
b.
Clinical trial
2.3
Rancangan studi epidemiologi gizi:
a. Studi
ekologi contohnya:
Survey rumah tangga
(asupan makanan) dikaitkan dengan data-data kesehatan oleh BPS
b. studi
cross-sectional atau studi prevalensi:
Untuk mengetahui hubungan
antara faktor-faktor penyebab dan kelainan gizi pada suatu waktu dengan cara
cepat dan murah (hubungan kausal)
c. Studi
case-kontrol
Untuk membandingkan
orang yang mengalami kelainan gizi (kasus) dengan orang yang bebas kelainan
gizi (kontrol) berdasarkan factor penyebab yang telah lalu
d. Studi
kohort
Dengan menentukan
factor penyebab terlebih dahulu kemudian mengikuti individu tersebut untuk
waktu tertentu diikuti akibat dari factor penyebab tersebut pada interval waktu
tertentu
e. Studi
eksperimen
Faktor penyebab
ditentukan dan dilihat efeknya.
2.4
Permasalahan pada epidemiologi gizi :
•
Gizi atau status gizi
sukar untuk ditentukan secara langsung sehingga selama ini digunakan beberapa
indikator status gizi
•
Indikator status gizi
tersebut sering digunakan untuk bermacam tujuan
•
Masalah gizi merupakan
akibat dari banyak faktor sehingga program gizi dan penelitian gizi berkaitan
dengan disiplin ilmu lainnya.
2.5
Penggunaan indikator status gizi:
1.
Untuk melakukan
penapisan individual dalam program pencegahan malnutrisi (indikator untuk
memprediksi malnutrisi)
2.
Untuk mendiagnosis
malnutrisi (indikator untuk memprediksi resiko maupun manfaat dari intervensi
gizi)
3.
Untuk membandingkan
hasil atau memposisikan suatu populasi terhadap nilai norma/rujukan tertentu
4.
Untuk mengevaluasi
terapi/intervensi gizi (indikator yang bereaksi terhadap terapi gizi).
Pemilihan indikator yang terbaik bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
2.6
Masalah indikator status gizi:
•
Validitas data:
Mengukur
apa yang ingin di ukur (TB/U untuk masalah gizi kronis)
•
Reliabilitas data:
Seberapa
baik pengukuran dapat diulang
•
Sensitivitas data:
Menentukan
individu yang benar-benar sakit (high risk)
•
Spesifisitas data:
Menentukan
individu yang benar-benar sehat
•
Akurasi data:
Pengukuran
mendekati kebenaran
2.7
Ukuran-ukuran dalam epidemiologi gizi:
1. Ukuran untuk morbiditas dan
mortalitas:
a.
Rate, rasio dan proporsi
b.
Rate, insidens dan prevalens
2. Indikator kesehatan:
a.
Indikator dari penyebab khusus
b.
Mortalitas bayi dan bayi baru lahir
c.
Mortalitas ibu
d.
Umur harapan hidup
2.8
Masalah Gizi yang terjadi di Indonesia
A.
Gizi Buruk
Definisi
Gizi Buruk
suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan
ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP
(Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak
dijumpai pada balita.
1.
Penyebab terjadinya gizi buruk
Orang akan
menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang
mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun
karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan
protein untuk pertumbuhan tubuh.
Beberapa orang
dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang
menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara
sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada
saluran pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada
tepung yaitu gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menyerap nutrisi sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic
fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi
enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita
intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.
2.
Penyebab secara langsung antara lain:
1.
Penyapihan yang
terlalu dini
2.
Kurangnya sumber
energi dan protein dalam makanan TBC
3.
Anak yang asupan
gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau metabolisme
lainnya.
4.
Pola makan yang tidak
seimbang kandungan nutrisinya
5.
Terdapat masalah pada
sistem pencernaan
6.
Adanya kondisi medis
tertentu
3.
Penyebab secara tidak langsung antara lain :
1.
Daya beli keluarga
rendah/ ekonomi lemah
2.
Lingkungan rumah yang
kurang baik
3.
Pengetahuan gizi
kurang
4.
Perilaku kesehatan dan
gizi keluarga kurang
4.
Gejala-gejala Gizi Buruk
Gizi buruk
dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi
gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar
resiko terjadinya masalah kesehatan secara fisik.
Pada gizi buruk yang berat dapat
terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi protein dan
energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan
resiko terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A,
sulit untuk berkonsentrasi akibat defisiensi zat besi.
5.
Gejala Umum Dari Gizi Buruk Adalah :
1.
Kelelahan dan
kekurangan energy
2.
Pusing
3.
Sistem kekebalan tubuh
yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)
4.
Kulit yang kering dan
bersisik
5.
Gusi bengkak dan
berdarah
6.
Gigi yang membusuk
7.
Sulit untuk
berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8.
Berat badan kurang
9.
Pertumbuhan yang
lambat
10.
Kelemahan pada otot
11.
Perut kembung
12.
Tulang yang mudah
patah
13.
Terdapat masalah pada
fungsi organ tubuh
Tanda – tanda Gizi buruk secara
umum
1.
Berat Badan di bawah
normal
2.
Rambut pirang. Kering
kusam
3.
Pertumbuhan otak
terhambat
4.
Badan nya lemas
5.
Matanya Cekung
6.
Perut buncit
7.
Tidak nafsu makan
8.
Rabun Senja
Dampak gizi buruk pada anak
terutama balita
1.
Pertumbuhan badan dan
perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
2.
Kekurangan Vitamin A
dapat menyebabkan Rabun Senja
3.
Daya tahan tubuh Lamah
4.
Mudah terkena penyakit
ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
5.
Zat antibody tidak
sempurna
6.
Jika terinfeksi sukar
sembuh serta mudah berkomplikasi
7.
Rentan terhadap
penyakit TBC
8.
Bisa menyebabkan
kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP
ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa
kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan
gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi
tiga tipe:
1.
kwashiorkor
2.
marasmus
3.
marasmus-kwashiorkor.
1.
Kwashiorkor adalah
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia
1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama
kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang
dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang
berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Ciri
– ciri kwashiorkor :
•
edema (pembengkakan),
umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
•
pandangan mata sayu
•
rambut tipis kemerahan
seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
•
terjadi perubahan
status mental menjadi apatis dan rewel
•
terjadi pembesaran
hati
•
otot mengecil
(hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
•
terdapat kelainan
kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
•
sering disertai
penyakit infeksi yang umumnya akut
•
anemia dan diare
2.
Marasmus adalah
kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai
sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang
tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau
terjadi pada bayi yang sering diare.
ciri
- ciri marasmus :
•
badan nampak sangat
kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
•
wajah seperti orang
tua
•
mudah menangis/cengeng
dan rewel
•
kulit menjadi keriput
•
jaringan lemak
subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar
•
perut cekung, dan iga
gambang
•
seringdisertai
penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
•
diare kronik atau
konstipasi (susah buang air)
Ciri – ciri marasmus-kwashiorkor
Memiliki ciri
gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema
yang tidak mencolok.
A.
Cara Mengukur Status Gizi Anak
Banyak cara
yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah
satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan
menurut usia dan lingkar lengan atas.
B.
Cara pencegahan
Menimbang
begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan
kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang
dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak.
Berikut adalah beberapa cara untuk
mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1.
Memberikan ASI
eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun
2.
Anak diberikan makanan
yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total
kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.
Rajin menimbang dan
mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah
pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4.
Jika anak dirawat di
rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis
makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5.
Jika anak telah
menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan
setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi
anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
C.
Cara Penanggulangan Gizi Buruk
1.
Biasakan makan –
makanan gizi yang seimbang
2.
Mengatur pola makan
balita
3.
Konsumsi Vitamin A
seperti susu, ikan goring, hati, sayur hijau, dan kuning
4.
Konsumsi Vitamin B 12
seperti kedelai, telur, keju,daging, tempe, dll
Obesitas adalah
penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh. Merupakan keadaan patologis
dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk
fungsi tubuh. Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan
rata-rata, namun tidak selalu identik dengan obesitas.
a. Penyebab
•
Perilaku makan yang
berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan
•
Aktifitas fisik yang
rendah
•
Gangguan psikologis
(bisa sebagai sebab atau akibat)
•
Laju pertumbuhan yang
sangat cepat
•
Genetik atau faktor
keturunan
•
Gangguan hormon
b. Gejala
•
Terlihat sangat gemuk
•
Lebih tinggi dari anak
normal seumur
•
Dagu ganda
•
Buah dada seolah-olah
berkembang
•
Perut menggantung
•
Penis terlihat kecil
c. Terdapat 2 golongan obesitas
•
Regulatory obesity,
yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
•
Obesitas metabolik,
yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
•
d. Resiko/dampak
obesitas
•
Gangguan respon
imunitas seluler
•
Penurunan aktivitas
bakterisida
•
Kadar besi dan seng
rendah
e. Penatalaksanaan
•
Menurunkan BB sangat
drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas sedang, adakalanya
penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang, sehingga
latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
•
Pada obesitas berat
selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi dikurangi, dan
tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi pertumbuhan,
dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
•
Kurangi asupan energi,
akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan mengubah
perilaku makan
•
Mengatasi gangguan
psikologis
•
Meningkatkan aktivitas
fisik
•
Membatasi pemakaian
obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
•
Bila terdapat
komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke rumah
sakit
•
Konsultasi (psikologi
anak atau bagian endokrin)
5.
ANEMIA
Anemia defisiensi
adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang
diperlukan untuk pematangan eritrosit. Keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih rendah dari nilai normal, akibat defisiensi
salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi
timbulnya defisiensi tersebut.
a. Macam-macam anemia
1.
Anemia defisiensi besi
adalah anemia karena kekurangan zat besi atau sintesa hemoglobin.
2.
Anemia megaloblastik
adalah terjadinya penurunan produksi sel darah merah yang matang, bisa
diakibatkan defisiensi vitamin B12
3.
Anemia aplastik adalah
anemia yang berat, leukopenia dan trombositopenia, hipoplastik atau aplastik
1. ANEMIA DEFISIENSI BESI
•
Prevalensi tertinggi
terjadi didaerah miskin, gizi buruk dan penderita infeksi
•
Hasil studi menunjukan
bahwa anemia pada masa bayi mungkin menjadi salah satu penyebab terjadinya
disfungsi otak permanen
•
Defisiensi zat besi
menurunkan jumlah oksigen untuk jaringan, otot kerangka, menurunnya kemampuan
berfikir serta perubahan tingkah laku.
a. Ciri
•
Akan memperlihatkan
respon yang baik dengan pemberian preparat besi
•
Kadar Hb meningkat 29%
setiap 3 minggu
b. Tanda dan gejala
•
Pucat (konjungtiva,
telapak tangan, palpebra)
•
Lemah
•
Lesu
•
Hb rendah
•
Sering berdebar
•
Papil lidah atrofi
•
Takikardi
•
Sakit kepala
•
Jantung membesar
c. Dampak
•
Produktivitas rendah
•
SDM untuk generasi
berikutnya rendah
d. Penyebab
Sebab langsung
•
Kurang asupan makanan
yang mengandung zat besi
•
Mengkonsumsi makanan
penghambat penyerapan zat besi
•
Infeksi penyakit
•
Sebab tidak langsung
•
Distribusi makanan
yang tidak merata ke seluruh daerah
Sebab mendasar
•
Pendidikan wanita
rendah
•
Ekonomi rendah
•
Lokasi ggeografis
(daerah endemis malaria)
•
Kelompok sasaran
prioritas
•
Ibu hamil dan menyusui
•
Balita
•
Anak usia sekolah
•
Tenaga kerja wanita
•
Wanita usia subur
f. Penanganan
•
Pemberian
Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil
maupun menyusui
•
Pembekalan KIE kepada
kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada
balita
•
Pembekalan KIE kepada
guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah
serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
•
Pembekalan KIE pada
perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita
•
Pemberian KIE dan
suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)
6.
DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada
balita
a. Penyebab
•
Intake makanan yang
mengandung vitamin A kurang atau rendah
•
Rendahnya konsumsi
vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan memberikan kadar
vitamin A yang rendah pada ASI
•
MP-ASI yang kurang
mencukupi kebutuhan vitamin A
•
Gangguan absorbsi
vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP dll)
•
Gangguan konversi pro
vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar tiroid
•
Kerusakan hati
(kwashiorkor, hepatitis kronik)
b. Sifat
•
Mudah teroksidasi
•
Mudah rusak oleh sinar
ultraviolet
•
Larut dalam lemak
c. Tanda dan gejala
•
Rabun senja-kelainan
mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
•
Kadar vitamin A dalam
plasma <20ug/dl d. Tanda hipervitaminosis Akut • Mual, muntah • Fontanela
meningkat Kronis • Anoreksia • Kurus • Cengeng • Pembengkakan tulang e. Upaya
pemerintah • Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
• Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan) • Distribusi kapsul
vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan februari
dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU) •
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan
(200.000 IU), hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
• Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan
200.000 IU, usia 6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada
hari berikutnya diberikan sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian
dosis yang diberikan juga sesuai usia
•
Pasien campak, balita
(200.000 IU), bayi (100.000 IU)
f. Catatan
•
Vitamin A merupakan
nutrient esensial, yang hanya dapat dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika
asupannya berlebihan bisa menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air
•
Gangguan asupan
vitamin A bisa menyebabkan morbili, diare yang bisa berujung pada morbiditas
dan mortalitas, dan pneumonia
7. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN
YODIUM (GAKY)
•
Adalah sekumpulan
gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan yodium secara
terus menerus dalam waktu yang lama.
•
Merupakna masalah
dunia
•
Terjadi pada kawasan
pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup mengandung yodium
•
Defisiensi yang
berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara perlahan
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
a. Dampak
•
Pembesaran kelenjar
gondok
•
Hipotiroid
•
Kretinisme
•
Kegagalan reproduksi
•
Kematian
b. Defisiensi pada janin
•
Dampak dari kekurangan
yodium pada ibu
•
Meningkatkan insiden
lahir mati, aborsi, cacat lahir
•
Terjadi kretinisme
endemis
•
Jenis syaraf
(kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
•
Miksedema
(memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
c. Defisiensi pada BBL
•
Penting untuk
perkembangan otak yang normal
•
Terjadi penurunan
kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka yang
dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
d. Defisiensi pada anak
•
Puncak kejadian pada
masa remaja
•
Prevalensi wanita
lebih tinggi dari laki-laki
•
Terjadi gangguan
kinerja belajar dan nilai kecerdasan
e. Klasifikasi tingkat pembesaran
kelenjar menurut WHO (1990)
•
Tingkat 0 : tidak ada
pembesaran kelenjar
•
Tingkat IA : kelenjar
gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui dengan palpasi,
pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
•
Tingkat IB : hanya
terlihat pada posisi tengadah maksimal
•
Tingkat II : terlihat
pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter
•
Tingkat III : terlihat
nyata dari jarak jauh
f. Sasaran
•
Ibu hamil
•
WUS
g. Dosis dan kelompok sasaran
pemberian kapsul yodium
•
Bayi < 1tahun : 100
mg
•
Balita 1-5 tahun : 200
mg
•
Wanita 6-35 tahun : 400
mg
•
Ibu hamil (bumil) :
200 mg
•
Ibu meneteki (buteki)
: 200 mg
•
Pria 6-20 tahun : 400
mg
8. GAKY tidak berhubungan denga
tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat
kekurangan yodium
•
Fetus : abortus, lahir
mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu tuli,
defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan
psikomotor
•
Neonatus : gangguan
psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
•
Anak dan remaja :
gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah), gangguan
perkembangan
•
Dewasa : gondok,
hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan
beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi
kayu, ubi jalar, rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
a. Pencegahan/penanggulangan
•
Fortifikasi : garam
•
Suplementasi : tablet,
injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendekatan
masalah gizi masyarakat melalui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis
berbagai faktor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat,
baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan
social masyarakat. Penanggulangan masaah gizi masyarakat yang disertai dengan
surveilans gizi lebih mengarah kepada penanggulangan berbagai faktor yang
berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya
terbatas pada sasaran individu atau lingkungan keluarga saja.
Epidemiologi
gizi adalah ilmu yang mempelajari determinan dari suatu masalah atau kelainan
gizi.
•
Mempelajari distribusi
dan besarnya masalah gizi pada populasi manusia.
•
Menguraikan penyakit
dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.
•
Memberikan informasi
yang dibutuhkan untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol
dan penanggulangan masalah gizi di masyarakat.
•
Menguraikan penyebab
dari masalah gizi dan menentukan hubungan sebab akibat.
Masalah gizi dihubungkan dengan:
1.
Faktor dan penyebab
masalah gizi (agent)
2.
Faktor yang ada pada
pejamu (host)
3.
Faktor yang ada di
lingkungan pejamu (environment)
DAFTAR
PUSTAKA
Nasry Noor, Prof. Dr. Nur, M.PH.
Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2008
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/24/masalah-masalah-gizi-di-indonesia-2/
Budiarto, Dr. Eko, SKM. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: EGC, 2002
Subscribe to:
Posts (Atom)