BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia anak adalah
dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan. Melalui
kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual,emosi
dan sosial. Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain. Perkembangan
intelektual bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan
lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang,
tidak senang, marah, menang dan kalah. Perkembangan sosial bisa dilihat dari
hubungannya dengan teman sebaya, menolong dan memperhatikan kepentingan orang
lain. Jadi dengan begitu bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Cara
terbaik bagi anak usia dini untuk belajar adalah melalui kegiatan yang
dilakukannya secara alami, yaitu bermain. Mayesty (dalam Sujiono, 2009:134)
menyatakan bahwa bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan
sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan. Sehingga diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan (Chugani, 2009:8-13). Dalam tahap ini, anak akan
menjadi peka atau mudah terstimulasi oleh aspek-aspek yang berada di
lingkungannya. Pernyataan Chugani didukung oleh banyak pihak, salah satu
diantaranya adalah Anderson. Dalam bukunya yang berjudul “Langkah Pertama
Membuat Siswa Berkonsentrasi”, Anderson (2008:253) mengatakan bahwa sebuah
permainan harus melibatkan seorang anak seketika, tidak hanya dengan
mengeluarkan suara atau sinar yang tidak relevan, tetapi dengan meminta si anak
untuk mencobanya, mengeksplorasi, menguji, dan memodifikasi mainannya tersebut.
Namun kita sebagai orang dewasa tidak menyadari betul arti sebuah permainan bagi
anak-anak. Padahal kemampuan belajar seorang manusia, terutama anak-anak akan
tergali maksimal saat dia bermain atau melakukan sesuatu yang menyenangkan
baginya. Karena di saat itulah mereka mengalami kemajuan yang signifikan dalam
hidupnya. Oleh sebab itu, perlu kiranya kita sebagai orangtua atau calon guru
PAUD mengontrol apa yang anak mainkan, apa yang anak sukai, dan apa yang anak
butuhkan. Banyak permainan yang tidak mendidik, bahkan membawa dampak negatif
pada anak. Oleh sebab itu, dirasa sangat perlu untuk dapat memberikan suatu
permainan yang disukai anak-anak dan membawa dampak positif bagi mereka.Karena
bagi anak-anak, bermain adalah pengalaman mereka yang harus dilalui. Melalui
permainan sebenarnya mereka sedang menciptakan pengalaman, yang tidak perlu
harus merepotkan dengan melarangnya untuk tidak bermain ini atau bermain itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Pada hakikatnya semua anak suka bermain, mereka menggunakan sebagian besar
waktunya untuk bermain, baik sendiri, dengan teman sebayanya, maupun dengan
orang yang lebih dewasa dari sinilah pakar pendidikan mengungkapkan beberapa
teori bermain bagi anak-anak. Adapun pembagian dari teori ini ada 2 yaitu:
1.
Teori Bermain
Klasik Teori klasik menerangkan ada empat alasan mengapa anak suka bermain
dengan dasar sebagai berikut:
·
Kelebihan
Energi Teori ini antara lain didukung oleh filsuf, Herbert Spencer, yang
menyatakan bahwa anak memiliki energi yang digunakan untuk mempertahankan
hidup. Jika kehidupannya normal, anak akan kelebihan energi yang selanjutnya
digunakan untuk bermain. Dan kelebihan energi itu terjadi karena manusia
melalui evolusinya mencapai suatu tingkatan yang tidak terlalu membutuhkan
banyak energi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka kelebihan
energi harus disalurkan melalui cara yang sesuai, dalam hal ini permainan
merupakan cara yang sebaik-baiknya.
·
Rekreasi dan
relaksasi Teori ini menyatakan bahwa bermain dimaksudkan untuk menyegarkan
tubuh kembali. Jika energi sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan anak-anak
menjadi lebih dan kurang bersemangat. Hal ini senada dengan teori Lazarus yang
disebut teori istirahat. Anak bermain agar tenaganya pulih kembali.
·
Teori
Kebudayaan Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan hasil dari kebudayaan
masing-masing daerah.
·
Teori Fungsi
Bermain dimaksudkan untuk mengembangkan fungsi yang tersembunyi dalam diri
seseorng individu
·
Teori
Bekerja-Bermain Memperkenalkan sebuah masa “bekerja” dengan permainan.
·
Teori
Pertumbuhan dan Perkembangan
2.
Teori Bermain
Modern
Teori ini memandang bermain sebagai bagian dari perkembangan anak, baik
kognitif, emosional maupun sosial anak. Adapun dalam teori ini terbagi atas
tiga bagian, yaitu:
·
Teori
psikoanalisis Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi
(Freud, 1958). Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
sosial (Erikson, 1963). Bermain juga memungkinkan anak untuk mengekspresikan
perasaannya secara leluasa, tanpa tekanan batin.
·
Teori
perkembangan kognitif Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan bagian dari
perkembangan kognitif anak (Bruner, 1972; Piaget, 1962; Sutton- Smith, 1986).
Menurut Bruner dan Sutton Smith bermain merupakan proses berpikir secara
fleksibel dan proses pemecahan masalah.
Piaget
(1962) menyatakan bahwa permainan dengan objek yang ada dilingkungannya
merupakan cara belajar. Berinteraksi dengan obyek dan orang, memahami tentang
obyek, orang dan situasi tersebut.
3.
Teori Belajar
Sosial
Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat untuk sosialisasi.
Dengan bermain bersama anak lain, anak akan mengembangkan kemampuan memahami
perasaan, ide dan kebutuhan orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan
sosial. Piaget juga menemukan bahwa bermain dimulai dari bermain sendiri sampai
bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak.
B. Permainan Egrang Bathok Kelapa
1.
Teori Bermain Egrang Bathok Kelapa
Pada dasarnya semua anak suka bermain, mereka menggunakan sebagian besar
waktunya untuk bermain, baik sendiri ataupun dengan teman sebayanya maupun
dengan orang yang lebih dewasa. Dari sinilah permainan egrang bathok kelapa
dapat di klasifikasikan mengandung teori sebagi berikut :
1.
Teori
kelebihan energi Teori ini antara lain didukung oleh filsuf Herbert Spencer,
yang menyatakan bahwa anak memiliki energi yang digunakan untuk mempertahankan
hidup. Jika kehidupannya normal, anak akan kelebihan energi yang selanjutnya
digunakan untuk bermain. Seperti pada permainan egrang bathok kelapa ini, anak
membutuhkan sangat banyak energi, karena dalam permainan ini anak
melompat-lompat yang secara tidak langsung menggerakkan seluruh tubuhnya.
2.
Teori rekreasi dan relaksasi Teori
ini menyakan bahwa bermain dimaksudkan untuk menyegarkan tubuh kembali. Teori
ini dikemukakan oleh Lazarus. Karena dengan bermain bersama dengan temannya
tenaga anak akan pulih kembali, karena ada rasa senang dan gembira.
3.
Teori
kebudayaan Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan hasil dari kebudayaan
masing-masing daerah. Permainan yang berasal dari provinsi Sulawesi Selatan
ini, biasanya dimainkan oleh suku Bugis. Bagi suku Bugis sendiri permainan ini
dikenal dengan nama Majjeka, yang berasal dari kata jeka yang artinya jalan.
4.
Teori pertumbuhan dan perkembangan
Mengembangkan kemandirian anak, yang paling baik dicapai melalui bermain,
adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar dan peran orang dewasa dan
pendidik awal untuk membimbing anak-anak bermain.
5.
Teori belajar sosial Teori ini
menerangkan bahwa bermain merupakan alat bersosialisasi. Dengan bermain bersama
anak lain, anak akan mengembangkan kemampuan memahami perasaan, ide, dan
kebutuhan orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan sosial. Piaget juga
menemukan bahwa bermain dimulai dari diri bermain sendiri sampai bermain secara
kooperatif yang menujukkan adanya perkembangan sosial anak.
2. Asal –
usul Permainan Egrang Bathok Kelapa
Selain mengenal egrang dari bambu, anak-anak masyarakat masa lalu juga
mengenal egrang bathok. Egrang jenis terakhir ini dibuat dari bahan dasar
tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama
sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi
dunia anak. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas
masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya
tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan. Anak-anak
sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional,
termasuk dolanan egrang bathok. Namun paling tidak generasi tua saat ini bisa
mengenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu dengan harapan agar generasi
muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam
lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya dan identitas
bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana.
3. Alat Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan tradisional yang menggunakan alat seperti permainan egrang bathok
ini, pada umumnya bahan dasarnya banyak diperoleh di sekitar lingkungan anak.
Bathok dalam bahasa Indonesia disebut tempurung. Tempurung yang dipakai
biasanya berasal dari buah kelapa tua yang telah dibersihkan dari sabutnya.
Kemudian tempurung itu dibelah menjadi dua bagian. Isi kelapa dikeluarkan dari
tempurung. Tempurung yang terbelah menjadi dua bagian ini kemudian dihaluskan
bagian luarnya agar kaki yang berpijak di atasnya bisa merasa nyaman.
Masing-masing belahan tempurung kemudian diberi lubang di bagian tengah.
Masing-masing lubang tempurung dimasuki tali sepanjang sekitar 1,5 - 2 meter
dan diberi pengait. Tali yang digunakan biasanya tali lembut dan kuat, bisa
berupa tali plastik atau dadung yang terbuat dari untaian serat. Jadilah sebuah
permainan tradisional yang disebut egrang bathok.
4. Peserta Permainan Egrang Bathok Kelapa
Para peserta permainan egrang bathok kelapa tidak terbatas untuk dimainkan oleh
anak laki-laki, tetapi juga kadang dipakai untuk bermain anak perempuan antara
usia 6-12 tahun, (TK B, Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama
(SMP), akan tetapi tidak menutup kemungkinan permainan ini dilakukan oleh orang
dewasa.
5. Tempat dan Waktu Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan tradisional Egrang Bathok Kelapa tidak bisa dimainkan di dalam
ruangan, melainkan harus dimainkan di luar rumah, khususnya di tanah lapang
yang berukuran luas dan tidak terbatas. Selain itu, permainan Egrang Bathok
Kelapa sebaiknya dimainkan di tempat yang beralaskan tanah, bukan di ubin atau
alas lantai lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk memainkan
permainan Egrang Bathok Kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun biasanya
permainan ini dimainkan pada waktu pagi, siang dan menjelang sore hari.
6. Cara Memainkan Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan Egrang Bathok Kelapa bisa dimainkan secara individu maupun
kelompok. Kadang-kadang, permainan ini di masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk
perlombaan. Tentu di sini anak diuji ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas
Egrang Bathok Kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh
dianggap sebagai pemenang. Namun sering pula secara individu anak bermain
egrang bathok dalam situasi santai. Cara mainnya yakni anak cukup menjepitkan
jari kaki (seperti menggunakan sandal jepit) diantara tali, kemudian jalan
layaknya orang berjalan biasa.
7. Manfaat
Permainan Egrang Bathok Kelapa
a. Anak menjadi lebih kreatif.
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para
pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang
ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif
menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak
memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan
yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan
kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk
kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
b. Bisa digunakan
sebagai terapi terhadap anak.
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,
tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk
anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
c. Melatih insting
dan ketepatan dalam bertindak.
Dengan memainkan permainan Egrang Bathok Kelapa, seseorang akan berusaha
memaksimalkan instingnya agar memperoleh hasil yang baik. Selain itu, permainan
ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan
sesuatu.
d. Meningkatkan
ketahanan fisik maupun mental.
Dengan melakukan permainan Egrang Bathok Kelapa, ketahanan tubuh seseorang
akan meningkat karena permainan ini membutuhkan aktivitas fisik yang cukup
prima. Selain itu, ketahanan mental pun akan meningkat karena dalam permainan
ini juga menuntut kestabilan mental.
e. Melatih
sportivitas dalam berkehidupan.
Terkadang, permainan Egrang Bathok Kelapa dimainkan dalam bentuk kelompok
atau sebagai perlombaaan. Sehingga sportivitas harus tetap dijunjung.
f. Memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan.
Permainan ini bisa dimainkan dalam
bentuk perlombaan, jadi tidak menutup kemungkinan ada sosialisasi antar
pemainnya.
g. Menjaga kelestarian tradisi dan kearifan local.
Permainan Egrang Bathok Kelapa merupakan produk asli Indonesia, dengan
memainkan alat permainan tradisional ini, secara langsung dapat melestarikan
kebudayaan yang dimiliki Negara kita
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Teori bermain
klasik, yaitu teori rekreasi, teori kelebihan energy, teori fungsi, teori
kebudayaan, teori bekerja-bermain, serta teori pertumbuhan dan perkembangan.
Teori modern, yaitu teori psikoanalisis, teori kognitif, dan teori social.
2.
Egrang bathok
kelapa merupakan egrang yang terbuat dari bahan dasar tempurung kelapa yang
dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan
lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya
pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas masing-masing tempurung,
kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok
lain di tanah seperti layaknya berjalan.
3.
Aspek yang dikembangkan dalam
permainan egrang adalah perkembangan fisik/motorik kasar.
B. Saran
Hendaknya pada zaman yang modern ini, permainan egrang bathok kelapa tetap
dilestarikan dengan cara diperkenalkan oleh orang dewasa pada anak-anak dan
dimainkan oleh anak-anak pada zaman sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Roy. 2008.
Langkah Pertama Membuat Siswa Berkonsentrasi. Jakarta: Indeks.
Chugani, Shoba Dewey.
2009. Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang
Standard Pendidikan Anak Usia Dini. 2009.
Kurikulum Taman
Kanak-Kanak.Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Sujiono, Yuliani Nurani.
2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.