Monday 7 September 2015

JALAN BATOK

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia anak adalah dunia bermain. Bagi anak-anak kegiatan bermain selalu menyenangkan. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual,emosi dan sosial. Perkembangan secara fisik dapat dilihat saat bermain. Perkembangan intelektual bisa dilihat dari kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungannya. Perkembangan emosi dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang, marah, menang dan kalah. Perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebaya, menolong dan memperhatikan kepentingan orang lain. Jadi dengan begitu bermain dan belajar tidak dapat dipisahkan. Cara terbaik bagi anak usia dini untuk belajar adalah melalui kegiatan yang dilakukannya secara alami, yaitu bermain. Mayesty (dalam Sujiono, 2009:134) menyatakan bahwa bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Sehingga diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan (Chugani, 2009:8-13). Dalam tahap ini, anak akan menjadi peka atau mudah terstimulasi oleh aspek-aspek yang berada di lingkungannya. Pernyataan Chugani didukung oleh banyak pihak, salah satu diantaranya adalah Anderson. Dalam bukunya yang berjudul “Langkah Pertama Membuat Siswa Berkonsentrasi”, Anderson (2008:253) mengatakan bahwa sebuah permainan harus melibatkan seorang anak seketika, tidak hanya dengan mengeluarkan suara atau sinar yang tidak relevan, tetapi dengan meminta si anak untuk mencobanya, mengeksplorasi, menguji, dan memodifikasi mainannya tersebut. Namun kita sebagai orang dewasa tidak menyadari betul arti sebuah permainan bagi anak-anak. Padahal kemampuan belajar seorang manusia, terutama anak-anak akan tergali maksimal saat dia bermain atau melakukan sesuatu yang menyenangkan baginya. Karena di saat itulah mereka mengalami kemajuan yang signifikan dalam hidupnya. Oleh sebab itu, perlu kiranya kita sebagai orangtua atau calon guru PAUD mengontrol apa yang anak mainkan, apa yang anak sukai, dan apa yang anak butuhkan. Banyak permainan yang tidak mendidik, bahkan membawa dampak negatif pada anak. Oleh sebab itu, dirasa sangat perlu untuk dapat memberikan suatu permainan yang disukai anak-anak dan membawa dampak positif bagi mereka.Karena bagi anak-anak, bermain adalah pengalaman mereka yang harus dilalui. Melalui permainan sebenarnya mereka sedang menciptakan pengalaman, yang tidak perlu harus merepotkan dengan melarangnya untuk tidak bermain ini atau bermain itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Pada hakikatnya semua anak suka bermain, mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik sendiri, dengan teman sebayanya, maupun dengan orang yang lebih dewasa dari sinilah pakar pendidikan mengungkapkan beberapa teori bermain bagi anak-anak. Adapun pembagian dari teori ini ada 2 yaitu:
1.        Teori Bermain Klasik Teori klasik menerangkan ada empat alasan mengapa anak suka bermain dengan dasar sebagai berikut:
·         Kelebihan Energi Teori ini antara lain didukung oleh filsuf, Herbert Spencer, yang menyatakan bahwa anak memiliki energi yang digunakan untuk mempertahankan hidup. Jika kehidupannya normal, anak akan kelebihan energi yang selanjutnya digunakan untuk bermain. Dan kelebihan energi itu terjadi karena manusia melalui evolusinya mencapai suatu tingkatan yang tidak terlalu membutuhkan banyak energi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka kelebihan energi harus disalurkan melalui cara yang sesuai, dalam hal ini permainan merupakan cara yang sebaik-baiknya.
·         Rekreasi dan relaksasi Teori ini menyatakan bahwa bermain dimaksudkan untuk menyegarkan tubuh kembali. Jika energi sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan anak-anak menjadi lebih dan kurang bersemangat. Hal ini senada dengan teori Lazarus yang disebut teori istirahat. Anak bermain agar tenaganya pulih kembali.
·         Teori Kebudayaan Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan hasil dari kebudayaan masing-masing daerah.
·         Teori Fungsi Bermain dimaksudkan untuk mengembangkan fungsi yang tersembunyi dalam diri seseorng individu
·         Teori Bekerja-Bermain Memperkenalkan sebuah masa “bekerja” dengan permainan.
·         Teori Pertumbuhan dan Perkembangan
2.        Teori Bermain Modern
Teori ini memandang bermain sebagai bagian dari perkembangan anak, baik kognitif, emosional maupun sosial anak. Adapun dalam teori ini terbagi atas tiga bagian, yaitu:
·         Teori psikoanalisis Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat pelepas emosi (Freud, 1958). Bermain juga mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan sosial (Erikson, 1963). Bermain juga memungkinkan anak untuk mengekspresikan perasaannya secara leluasa, tanpa tekanan batin.
·         Teori perkembangan kognitif Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan bagian dari perkembangan kognitif anak (Bruner, 1972; Piaget, 1962; Sutton- Smith, 1986). Menurut Bruner dan Sutton Smith bermain merupakan proses berpikir secara fleksibel dan proses pemecahan masalah.
Piaget (1962) menyatakan bahwa permainan dengan objek yang ada dilingkungannya merupakan cara belajar. Berinteraksi dengan obyek dan orang, memahami tentang obyek, orang dan situasi tersebut.
3.        Teori Belajar Sosial
Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat untuk sosialisasi. Dengan bermain bersama anak lain, anak akan mengembangkan kemampuan memahami perasaan, ide dan kebutuhan orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan sosial. Piaget juga menemukan bahwa bermain dimulai dari bermain sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menunjukkan adanya perkembangan sosial anak.

B. Permainan Egrang Bathok Kelapa
1.                  Teori Bermain Egrang Bathok Kelapa
Pada dasarnya semua anak suka bermain, mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain, baik sendiri ataupun dengan teman sebayanya maupun dengan orang yang lebih dewasa. Dari sinilah permainan egrang bathok kelapa dapat di klasifikasikan mengandung teori sebagi berikut :
1.      Teori kelebihan energi Teori ini antara lain didukung oleh filsuf Herbert Spencer, yang menyatakan bahwa anak memiliki energi yang digunakan untuk mempertahankan hidup. Jika kehidupannya normal, anak akan kelebihan energi yang selanjutnya digunakan untuk bermain. Seperti pada permainan egrang bathok kelapa ini, anak membutuhkan sangat banyak energi, karena dalam permainan ini anak melompat-lompat yang secara tidak langsung menggerakkan seluruh tubuhnya.
2.                  Teori rekreasi dan relaksasi Teori ini menyakan bahwa bermain dimaksudkan untuk menyegarkan tubuh kembali. Teori ini dikemukakan oleh Lazarus. Karena dengan bermain bersama dengan temannya tenaga anak akan pulih kembali, karena ada rasa senang dan gembira.
3.      Teori kebudayaan Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan hasil dari kebudayaan masing-masing daerah. Permainan yang berasal dari provinsi Sulawesi Selatan ini, biasanya dimainkan oleh suku Bugis. Bagi suku Bugis sendiri permainan ini dikenal dengan nama Majjeka, yang berasal dari kata jeka yang artinya jalan.
4.                  Teori pertumbuhan dan perkembangan Mengembangkan kemandirian anak, yang paling baik dicapai melalui bermain, adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar dan peran orang dewasa dan pendidik awal untuk membimbing anak-anak bermain.
5.                  Teori belajar sosial Teori ini menerangkan bahwa bermain merupakan alat bersosialisasi. Dengan bermain bersama anak lain, anak akan mengembangkan kemampuan memahami perasaan, ide, dan kebutuhan orang lain yang merupakan dasar dari kemampuan sosial. Piaget juga menemukan bahwa bermain dimulai dari diri bermain sendiri sampai bermain secara kooperatif yang menujukkan adanya perkembangan sosial anak.

2. Asal – usul Permainan Egrang Bathok Kelapa
Selain mengenal egrang dari bambu, anak-anak masyarakat masa lalu juga mengenal egrang bathok. Egrang jenis terakhir ini dibuat dari bahan dasar tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional, termasuk dolanan egrang bathok. Namun paling tidak generasi tua saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya dan identitas bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana.

3. Alat Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan tradisional yang menggunakan alat seperti permainan egrang bathok ini, pada umumnya bahan dasarnya banyak diperoleh di sekitar lingkungan anak. Bathok dalam bahasa Indonesia disebut tempurung. Tempurung yang dipakai biasanya berasal dari buah kelapa tua yang telah dibersihkan dari sabutnya. Kemudian tempurung itu dibelah menjadi dua bagian. Isi kelapa dikeluarkan dari tempurung. Tempurung yang terbelah menjadi dua bagian ini kemudian dihaluskan bagian luarnya agar kaki yang berpijak di atasnya bisa merasa nyaman. Masing-masing belahan tempurung kemudian diberi lubang di bagian tengah. Masing-masing lubang tempurung dimasuki tali sepanjang sekitar 1,5 - 2 meter dan diberi pengait. Tali yang digunakan biasanya tali lembut dan kuat, bisa berupa tali plastik atau dadung yang terbuat dari untaian serat. Jadilah sebuah permainan tradisional yang disebut egrang bathok.

4. Peserta Permainan Egrang Bathok Kelapa
Para peserta permainan egrang bathok kelapa tidak terbatas untuk dimainkan oleh anak laki-laki, tetapi juga kadang dipakai untuk bermain anak perempuan antara usia 6-12 tahun, (TK B, Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), akan tetapi tidak menutup kemungkinan permainan ini dilakukan oleh orang dewasa.

5. Tempat dan Waktu Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan tradisional Egrang Bathok Kelapa tidak bisa dimainkan di dalam ruangan, melainkan harus dimainkan di luar rumah, khususnya di tanah lapang yang berukuran luas dan tidak terbatas. Selain itu, permainan Egrang Bathok Kelapa sebaiknya dimainkan di tempat yang beralaskan tanah, bukan di ubin atau alas lantai lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk memainkan permainan Egrang Bathok Kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun biasanya permainan ini dimainkan pada waktu pagi, siang dan menjelang sore hari.

6. Cara Memainkan Permainan Egrang Bathok Kelapa
Permainan Egrang Bathok Kelapa bisa dimainkan secara individu maupun kelompok. Kadang-kadang, permainan ini di masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk perlombaan. Tentu di sini anak diuji ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas Egrang Bathok Kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang. Namun sering pula secara individu anak bermain egrang bathok dalam situasi santai. Cara mainnya yakni anak cukup menjepitkan jari kaki (seperti menggunakan sandal jepit) diantara tali, kemudian jalan layaknya orang berjalan biasa.


7. Manfaat Permainan Egrang Bathok Kelapa
a. Anak menjadi lebih kreatif.
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
b. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak.
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
c. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak.
Dengan memainkan permainan Egrang Bathok Kelapa, seseorang akan berusaha memaksimalkan instingnya agar memperoleh hasil yang baik. Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu.
d. Meningkatkan ketahanan fisik maupun mental.
Dengan melakukan permainan Egrang Bathok Kelapa, ketahanan tubuh seseorang akan meningkat karena permainan ini membutuhkan aktivitas fisik yang cukup prima. Selain itu, ketahanan mental pun akan meningkat karena dalam permainan ini juga menuntut kestabilan mental.
e. Melatih sportivitas dalam berkehidupan.
Terkadang, permainan Egrang Bathok Kelapa dimainkan dalam bentuk kelompok atau sebagai perlombaaan. Sehingga sportivitas harus tetap dijunjung.
f. Memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan.
Permainan ini bisa dimainkan dalam bentuk perlombaan, jadi tidak menutup kemungkinan ada sosialisasi antar pemainnya.
g. Menjaga kelestarian tradisi dan kearifan local.
Permainan Egrang Bathok Kelapa merupakan produk asli Indonesia, dengan memainkan alat permainan tradisional ini, secara langsung dapat melestarikan kebudayaan yang dimiliki Negara kita


BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Teori bermain klasik, yaitu teori rekreasi, teori kelebihan energy, teori fungsi, teori kebudayaan, teori bekerja-bermain, serta teori pertumbuhan dan perkembangan. Teori modern, yaitu teori psikoanalisis, teori kognitif, dan teori social.
2.      Egrang bathok kelapa merupakan egrang yang terbuat dari bahan dasar tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan ke atas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan.
3.                  Aspek yang dikembangkan dalam permainan egrang adalah perkembangan fisik/motorik kasar.
B. Saran
Hendaknya pada zaman yang modern ini, permainan egrang bathok kelapa tetap dilestarikan dengan cara diperkenalkan oleh orang dewasa pada anak-anak dan dimainkan oleh anak-anak pada zaman sekarang.



DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Roy. 2008. Langkah Pertama Membuat Siswa Berkonsentrasi. Jakarta: Indeks.

Chugani, Shoba Dewey. 2009. Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang Standard Pendidikan Anak Usia Dini. 2009.


Kurikulum Taman Kanak-Kanak.Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

No comments:

Post a Comment