BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Alam ciptaan Allah sungguh amat mempesona. Keindahannya tak bisa kita
pungkiri lagi. Ketika kita melihat taman-taman yang indah dan tanah-tanah yang
lapang. Ketika kita melihat kesegaran rumput hijau di pagi yang cerah. Tatkala
kita melihat berbagai wajah-wajah dengan aneka ragam bahasa dan warna kulit.
Belum lagi aneka bunga, tanaman, hewan, dan makhluk lainnya yang mempesona
mata. Pernahkah terpikir oleh kita ―saat terbangun di pagi hari dan menyaksikan
ribuan nikmat itu― apa makna di balik semua keindahan ciptaan Allah SWT ini?
Saya yakin banyak diantara kita yang menjadi lebih suntuk ketika hari
berganti menjadi petang. Matahari kian tenggelam di ufuk Barat. Suasana menjadi
gelap, taman-taman yang tadinya indah kini tak tampak lagi. Warna alam yang
menggairahkan seakan menjadi pudar. Sekali lagi coba Anda renungkan nikmat
penglihatan yang Tuhan berikan kepada anda. Setiap panca indera yang
dianugerahkan kepada kita menempati porsi kebahagiaan yang tertentu pula. Mata,
hidung, telinga, lidah dan kulit semuanya memiliki prosentase kenikmatan yang
berbeda. Saya juga yakin Anda sependapat bahwa diantara kelima panca indera
itu, mata merupakan salah satu yang paling besar peranannya.
Tanpa penglihatan, bukan hanya kenikmatan penglihatan saja yang hilang,
tapi kenikmatan panca indera yang lain juga akan berkurang. Ketika anda tidak
bisa melihat makanan yang dihidangkan maka anda tidak akan bisa merasakan
kenikmatan makanan itu dengan benar. Anda pun tak akan menikmati sejuk udara
pagi dengan santai tanpa menyaksikannya secara langsung. Musik pun tak akan
terdengar merdu di telinga Anda. Oleh sebab itulah kita harus pandai-pandai
menyelami hakikat dari indera yang amat berharga ini.
Betapa besar mata telah menghibur anda hingga saat ini! Perhatikan
saat-saat anda berlibur ke pantai menyaksikan hamparan pasir putih dengan
pantainya yang berkilau diterpa sinar matahari. Sementara di ujung yang lain
sebuah tanjung terhampar dengan indahnya. Cobalah merenungi suasana ketika anda
bepergian ke puncak gunung sembari menyaksikan keindahan kota dibawah sana.
Ketika kita bersantai dirumah, berapa banyak jam yang kita habiskan menikmati
acara televisi hari demi hari? Sungguh hingga saat ini kita telah banyak
melupakan syukur atas nikmat penglihatan yang Allah berikan.
Dalam surat As-Sajdah ayat 9 Allah berfirman: ”Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” Jauh sebelum kita diciptakan, Allah sudah mengetahui bahwa
kita akan mendustakan kenikmatan ini dengan tidak mensyukurinya. Di ayat yang
lain disebutkan : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati agar kamu bersyukur.” (An-Nahl : 78)
Pendengaran dan penglihatan merupakan dua jendela yang menghubungkan
manusia dengan alam luar. Telinga meningkatkan intelektualitas, konsentrasi dan
pemahaman seseorang sedangkan mata menyuguhkan tampilan alam. Dengan mata ini
pula kita bisa belajar dan menulis serta melakukan pekerjaan sehari-hari dengan
sempurna. Dengan dua nikmat agung ini kita dicetak menjadi manusia yang cerdas,
intelek dan tanggap terhadap lingkungan. Al-Qur’an menyebutkan dua indera ini
lebih banyak daripada indera dan organ tubuh lainnya.
Secara anatomis mata kita berada pada tempat yang amat terlindung. Rongga
tersebut menampung 30cc volume. Tulang-tulang yang melingkar di sekeliling mata
diciptakan dengan sempurna sehingga mata aman dari trauma. Disamping atas,
dibagian bawah dan tengah dari tiap mata terdapat suatu rongga dari tulang yang
disebut sinus. Sinus ini berfungsi sebagai Shock Absorber (peredam kejut)
sehingga sewaktu-waktu tulang tersebut mengalami trauma, maka tekanannya akan
diserap oleh sinus dan mengurangi tekanan yang masuk ke dalam mata. Sang
Pencipta meletakkan organ istimewa ini pada tempat yang aman dan melengkapinya
dengan berbagai sarana penjagaan.
Di sisi depan, mata dilindungi oleh kelopak yang memiliki reflek menutup
dengan amat cepat, sehingga sepersekian detik saja sudah bisa menutup ketika
ada sesuatu yang akan masuk. Dilengkapi dengan bulu, menjadikan mata aman
terhadap partikel padat maupun cair. Di sudut bagian samping atas dari rongga
mata terdapat kelenjar penghasil air mata yaitu kelenjar lakrimalis. Kelenjar
ini senantiasa memproduksi air mata (tear film) yang akan membasahi permukaan
mata dan mencuci mata dari debu-debu dan partikel kotoran yang senantiasa
masuk. Cairan ini sangat istimewa fungsinya. Selain membunuh kuman-kuman yang
masuk, cairan ini juga mengatur tekanan dalam bola mata dan memberikan nutrisi
kepada bagian mata terluar yaitu Kornea.
Berkurangnya cairan mata dalam waktu tertentu akan menyebabkan suatu gejala
kekeringan mata yang disebut Xeroftalmia. Penyakit ini akan menyebabkan
kebutaan jika tidak ditangani dengan segera. Bersyukurlah anda yang memiliki
mata yang sehat dan memiliki air mata yang sehat juga setiap saat, karena jika
tidak, maka anda akan menggunakan tetes air mata buatan sepanjang hidup !
Berfirman Allah dalam surat Al-An’aam 46 yang artinya : ” Katakanlah:
’Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta
menutup hatimu, siapakah uhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya
kepadamu?’ Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan
tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).”
Kornea sehat yang anda miliki juga sangat mahal harganya. Cangkok kornea
di Amerika bagi orang-orang dengan parut kornea (makula) memakan biaya hingga
US$ 8700 atau sekitar 80 juta rupiah untuk satu mata. Prosedurnya pun harus
mengantri lama, karena donor kornea yang biasanya didapat dari negara Asia
Barat seperti India dan Srilanka makin jarang didapat akhir-akhir ini. Operasi
cangkok kornea termasuk operasi besar dengan komplikasi yang besar dan
kemungkinan keberhasilan yang relatif kecil. Oleh karena itu panjatan
beribu-ribu syukur layak Anda lantunkan kepada-Nya yang telah menganugerahi
anda dengan kesempurnaan hingga saat ini.
Siapakah yang mampu menciptakan penglihatan yang menakjubkan ini selain
Allah? Penglihatan dan mata adalah karunia besar dari Sang Pencipta kepada
hamba-Nya, bukti konkrit keajaiban penciptaan manusia yang menyaksikan
Keagungan-Nya. Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat,
cahaya dan kegelapan? Mahasuci Allah yang telah mencipta segala sesuatu, pada
Tangan-Nya lah kerajaan bumi dan langit, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Proses melihat kita dimulai dari jatuhnya cahaya pada obyek yang kita
lihat. Cahaya sendiri dipancarkan oleh matahari yang berjarak 93 juta kilometer
dari bumi. Sinar ini akan mencapai bumi dalam waktu 8 menit. Pantulan cahaya
dari obyek kemudian akan masuk mata melalui lensa mata. Lensa ini berfungsi
menyatukan sudut-sudut yang dibentuk sinar-sinar tersebut. Setelah bersatu,
sinar ini akan melewati pupil dan menembus bagian dalam bola mata yang
transparan dan akan berakhir di retina. Retina adalah syaraf mata yang akan
meneruskan rangsangan penglihatan ke otak.
Ketika kita sedang menyaksikan suatu obyek, maka obyek itu akan terlihat
sebagai benda tunggal. Padahal, kedua bola mata sama-sama menerima rangsang
cahaya dalam retina. Hal ini karena kedua retina akan berkongruensi atau
bekerja sama dalam menyatukan titik cahaya. Keduanya akan memperpanjang diri
sebagai saraf otak dan saling menyilang didasar otak untuk kemudian dilanjutkan
ke bagian samping dan belakang otak (area 17 Brocca) untuk kemudian
diinterpretasikan mulai bentuk, warna, jarak dan dimensinya. Sungguh keindahan
ciptaan Allah SWT ini tak terjangkau oleh pikiran dan ilmu kita yang terbatas.
Alangkah malangnya bagi kita yang dengan penglihatan yang sehat lalu
mempergunakannya untuk melihat barang-barang yang haram dan maksiat. Alangkah
tidak beruntungnya mereka yang mempergunakan organ yang bersih untuk melihat
sesuatu yang kotor. Dengan berbuat demikian sama artinya kita tidak
mengindahkan nikmat Allah ini. Naudzubillahi min dzalik. Sebaliknya,
beruntunglah diantara kita yang mempergunakannya di jalan yang benar,
memakainya untuk membaca Al-Qur’an, membaca kitab-kitab ilmu dan dengan itikad
baik meningkatkan ibadah. Kita harus selalu ingat bahwa selain menyuguhkan
keindahan dan kenikmatan, mata juga berpotensi besar untuk membawa kita kepada
penyimpangan akhlak dan dosa.
Janganlah kita menyesalinya kelak ketika sudah di alam akhirat, ketika
Allah seakan-akan heran melihat hal itu lalu berfirman, “Alangkah nyaringnya
telinga mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka di kala mereka
menghadap Kami. Padahal mereka di dunia seakan-akan tuli tidak dapat
mendengarkan petunjuk yang di bawa Nabi dan seakan-akan buta tidak dapat
melihat kebenaran dan mukjizat yang diberikan kepada Rasul-rasul. Tidak melihat
kekuasaan Allah yang tampak dengan nyata pada alam semesta”. Dan dikala itu
mata yang menyuguhkan maksiat dulu akan menjadi saksi atas semua perbuatan yang
telah kita lakukan, lalu kita baru terperanjat dan berangan-angan untuk kembali
ke dunia dan menggunakannya dijalan yang baik. Allah kemudian mengancam dalam
surat Al-Haqqah 30-33, “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian
belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia
dahulu tidak beriman kepada Allah YangMaha Besar”. Mudah-mudahan kita dijauhkan
dari adzab Allah SWT.
Untuk itu marilah kita pergunakan mata kita di jalan Allah, di jalan yang
akan menuntun kita kepada sorga-Nya. Insya Allah dengan mempergunakannya secara
baik, kita tercatat sebagai hambaNya yang bersyukur dan bertaubat. Harus selalu
kita ingat bahwa setiap kenikmatan yang disuguhkan oleh mata saat ini akan
menyisakan setiap pertanyaan kelak di alam baka.
No comments:
Post a Comment